Perdana Menteri Pakistan Imran Khan. (Foto: REUTERS/Athit Perawongmetha)
Reuters memberitakan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan melabeli India arogan karena pembatalan tersebut. Dia mencela dengan mengatakan "orang kecil menempati kantor besar".
Pakistan menggambarkan keputusan pembatalan dari India adalah alasan menghindari pembicaraan sebelum pemilihan umum tahun depan.
"Kecewa atas respons arogan dan negatif dari India untuk panggilan saya memulai kembali dialog perdamaian," tulis Khan dalam akun Twitter miliknya.
AFP menyiarkan, India menyatakan pembatalan tersebut dilakukan karena sebelumnya terjadi pembunuhan personel keamanan India oleh pihak yang diyakini entitas berbasis Pakistan. Selain itu, India juga telah memberi cap Pakistan membantu teroris dan terorisme.
India tidak spesifik menjelaskan pembunuhan yang dimaksud. Namun, pada awal pekan ini diketahui petugas India di garis pembatas di area Kashmir yang jadi sengketa telah dibunuh dan tubuhnya dimutilasi.
Setelah itu, pada Jumat (20/9), tiga polisi ditemukan terbunuh di wilayah Kashmir yang dipegang India. Masing-masing negara saling tuduh atas pembunuhan itu.
Pemimpin militer India Bipin Rawat memerintahkan untuk melakukan tindakan tegas membalas dendam yang dilakukan teroris dan militer Pakistan. Mayor Jendral militer Pakistan Asif Ghafoor menyatakan 'siap perang' merespons pernyataan pemimpin militer India.
"Kami adalah negara nuklir dan kami siap untuk perang tetapi demi kepentingan masyarakat Pakistan dan negara tetangga kami mau bicara tentang perdamaian. Pernyataan dari pemimpin militer India tidak bertanggungjawab," ucap Ghafoor.
India dan Pakistan telah berselisih sejak Inggris hengkang dari India pada 1947. Setelah Inggris pergi, India terbelah menjadi dua, mayoritas Hindu membentuk negara India dan Muslim mendirikan Pakistan.
Lokasi konflik antara India dan Pakisitan ada di Kashmir, wilayah tidak bertuan yang kemudian diklaim oleh kedua negara.
Credit cnnindonesia.com