Kritik ini sebagai buntut penahanan pendeta Amerika Serikat.
CB, NEW
YORK -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengkritik penggunaan
sanksi ekonomi sebagai senjata dalam pidatonya di sidang Majelis Umum
PBB di New York, Amerika Serikat, Selasa (25/9). Hal itu buntut dari
penahanan seorang pendeta Amerika di Turki.
"Tak
satu pun dari kita dapat tetap diam terhadap pembatalan perjanjian
komersial semena-mena, penyebaran prevalensi proteksionisme dan
penggunaan sanksi ekonomi sebagai senjata," ujar Erdogan kepada Majelis
Umum PBB dikutip dari AFP, Rabu (26/9).
Hubungan antara Washington dan Ankara mencapai titik buntu
pada Agustus lalu. Presiden AS Donald Trump ketika itu mengesahkan tarif
baru dua kali lipat pada aluminium dan baja yang diimpor dari Turki.
Lira
Turki telah terpukul di pasar mata uang yang kehilangan hampir 40
persen nilainya terhadap dolar AS tahun ini. Hal ini memicu kekhawatiran
di Turki dari krisis ekonomi besar-besaran.
"Tidak ada yang ingin dunia mengalami perpecahan ekonomi baru," kata Erdogan.
Ia
tidak menuduh AS secara langsung tetapi menunjuk ke negara-negara yang
terus berusaha menciptakan kekacauan. "Sangat mudah menciptakan
kekacauan tetapi sulit untuk menegakkan kembali ketertiban, dan hari ini
beberapa negara terus berusaha menciptakan kekacauan," tutur Erdogan.
Menteri
Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan dia berharap Turki akan
membebaskan pendeta Amerika, Andrew Brunson. Pendeta itu telah ditahan
selama hampir dua tahun atas tuduhan teror. Pompeo berharap pendeta
tersebut dapat dibebaskan pada bulan ini.