Dilansir di Aljazirah, Senin (4/12), Menteri Luar Negeri
Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengatakan pemimpin
Qatar telah menerima undangan menghadiri acara tersebut. KTT ini
diadakan enam bulan setelah sebuah kelompok negara yang dipimpin oleh
Saudi memberlakukan blokade melawan Qatar.
"Saya akan menghadiri dewan menteri besok dan emir akan menghadiri pertemuan puncak," ujar Sheikh Mohammed mengatakan dalam sebuah forum di ibu kota Qatar, Doha.
Ia mengatakan, sistem GCC harus tetap hidup. Pekan lalu, Kuwait mengirim undangan ke enam negara anggota GCC, namun tidak jelas apakah semua pemimpin lainnya akan hadir.
GCC adalah aliansi politik dan ekonomi negara-negara di Jazirah Arab, termasuk Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA).
Sejak awal blokade oleh Arab Saudi, UEA dan Bahrain serta Mesir pada 5 Juni, Emir Kuwait Sheikh Sabah Al Ahmad Al Sabah telah bertindak sebagai mediator untuk mengakhiri perselisihan tersebut.
Pada Oktober, dia memperingatkan potensi keruntuhan GCC jika krisis terus berlanjut. "Bertentangan dengan harapan kami, krisis Teluk berpotensi meningkat, oleh karena itu, kita semua harus sepenuhnya menyadari konsekuensi potensialnya," kata Sheikh Sabah saat itu.
Ia mengatakan setiap eskalasi akan membawa serta sebuah intervensi regional dan internasional yang akan menghancurkan keamanan Teluk dan rakyatnya. Pada akhir Oktober, Raja Bahrain mengatakan negaranya tidak akan ambil bagian dalam pertemuan puncak atau pertemuan yang dihadiri Qatar kecuali jika Qatar memperbaiki pendekatannya.
Direktur analisis kebijakan di Institut Doha, Marwan Kabalan mengatakan bahaya keruntuhan GCC adalah nyata.
"Emir Kuwait tahu betul jika krisis berlangsung lama, kita akan melihat dua blok di dalam GCC. Yang satu dipimpin oleh Arab Saudi, Emirat dan Bahrain, dan yang lainnya berisi Qatar, Oman dan sedikit banyak, mungkin Kuwait. Jadi kita akan memiliki dua GCC, bukan satu," katanya
Kabalan mengatakan Arab Saudi dan UEA, khususnya, masih menginginkan Qatar menyerah sepenuhnya pada tuntutan mereka. Ini adalah sesuatu yang tidak akan dilakukan Qatar.
"Qatar telah memperbaikinya berkali-kali, oleh emir Qatar dan pejabat Qatar lainnya, mereka tidak dapat menerima penyerahan sepenuhnya. Mereka menginginkan negosiasi, mereka ingin konsesi bersama dari semua pihak untuk menyelesaikan krisis," tambahnya.
"Saya akan menghadiri dewan menteri besok dan emir akan menghadiri pertemuan puncak," ujar Sheikh Mohammed mengatakan dalam sebuah forum di ibu kota Qatar, Doha.
Ia mengatakan, sistem GCC harus tetap hidup. Pekan lalu, Kuwait mengirim undangan ke enam negara anggota GCC, namun tidak jelas apakah semua pemimpin lainnya akan hadir.
GCC adalah aliansi politik dan ekonomi negara-negara di Jazirah Arab, termasuk Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA).
Sejak awal blokade oleh Arab Saudi, UEA dan Bahrain serta Mesir pada 5 Juni, Emir Kuwait Sheikh Sabah Al Ahmad Al Sabah telah bertindak sebagai mediator untuk mengakhiri perselisihan tersebut.
Pada Oktober, dia memperingatkan potensi keruntuhan GCC jika krisis terus berlanjut. "Bertentangan dengan harapan kami, krisis Teluk berpotensi meningkat, oleh karena itu, kita semua harus sepenuhnya menyadari konsekuensi potensialnya," kata Sheikh Sabah saat itu.
Ia mengatakan setiap eskalasi akan membawa serta sebuah intervensi regional dan internasional yang akan menghancurkan keamanan Teluk dan rakyatnya. Pada akhir Oktober, Raja Bahrain mengatakan negaranya tidak akan ambil bagian dalam pertemuan puncak atau pertemuan yang dihadiri Qatar kecuali jika Qatar memperbaiki pendekatannya.
Direktur analisis kebijakan di Institut Doha, Marwan Kabalan mengatakan bahaya keruntuhan GCC adalah nyata.
"Emir Kuwait tahu betul jika krisis berlangsung lama, kita akan melihat dua blok di dalam GCC. Yang satu dipimpin oleh Arab Saudi, Emirat dan Bahrain, dan yang lainnya berisi Qatar, Oman dan sedikit banyak, mungkin Kuwait. Jadi kita akan memiliki dua GCC, bukan satu," katanya
Kabalan mengatakan Arab Saudi dan UEA, khususnya, masih menginginkan Qatar menyerah sepenuhnya pada tuntutan mereka. Ini adalah sesuatu yang tidak akan dilakukan Qatar.
"Qatar telah memperbaikinya berkali-kali, oleh emir Qatar dan pejabat Qatar lainnya, mereka tidak dapat menerima penyerahan sepenuhnya. Mereka menginginkan negosiasi, mereka ingin konsesi bersama dari semua pihak untuk menyelesaikan krisis," tambahnya.
Credit republika.co.id