Portal Berita Tentang Sains, Teknologi, Seni, Sosial, Budaya, Hankam dan Hal Menarik Lainnya
Kamis, 02 Mei 2019
Rusia Dituduh Diam-diam Pasang Rudal Nuklir di Venezuela
WASHINGTON
- Rusia dituduh secara diam-diam telah memasang rudal berhulu ledak
nuklir di Venezuela. Tuduhan senasional ini muncul dari anggota Kongres
Amerika Serikat (AS) Mario Diaz-Balart.
Klaim politisi partai
Republik itu menggemakan kembali Krisis Rudal Kuba. Menurutnya, senjata
nuklir rezim Vladimir Putin sekarang menjadi ancaman langsung terhadap
keamanan nasional Amerika Serikat.
Dia membuat tuduhan tersebut
beberapa jam setelah Venezuela di ambang perang saudara ketika pemimpin
oposisi Juan Guaido menyerukan militer bergabung dengannya untuk
menggulingkan Presiden Nicolas Maduro.
Diaz-Balart mengatakan kepada Fox News
jika Maduro tetap berkuasa, itu bisa menjadi pintu terbuka bagi Rusia,
China dan pihak lain untuk meningkatkan aktivitas mereka terhadap
kepentingan keamanan nasional AS.
Jurnalis Fox News, Tucker Carlson, kemudian bertanya; "Apakah Anda bersugesti mereka akan menyerang?"
"Yang paling dekat dengan perang nuklir adalah karena Rusia menempatkan rudal, benar, rudal nuklir di Kuba," jawab Diaz-Balart.
"Apakah Anda mengatakan Rusia akan menempatkan rudal nuklir di Venezuela?," tanya Carlson lagi.
"Sugesti saya adalah mereka sudah ada di sana," jawab Diaz-Balart, tanpa menawarkan bukti untuk mendukung klaimnya.
Dukungan
Putin yang sangat terbuka kepada Presiden Maduro telah lama
dibandingkan dengan krisis tahun 1962 yang dipicu oleh pemasangan
rudal-rudal nuklir Soviet di Kuba.
Klaim Diaz-Balart juga muncul
setelah Rusia mendaratkan dua pesawat pembom nuklir di Venezuela sebagai
bentuk penolakan terhadap kebijakan Presiden AS Donald Trump terhadap
negara Amerika Selatan tersebut.
Dua
pesawat pembom Tu-160 Rusia mendarat di Caracas pada bulan Desember
ketika Putin secara terbuka mengumbar dukungannya kepada presiden
sosialis Venzuela. Kedatangan kedua pesawat pembom Rusia di tanah
Venezuela hanya berselang seminggu setelah Maduro yang hendak
digulingkan oposisi melakukan perjalanan ke Moskow untuk bertemu dengan
Putin.
Para pengamat internasional menduga hubungan Putin dan Maduro didasarkan pada keuangan ketimbang persahabatan. Mengutip laporan The Sun,
Kremlin memiliki dana senilai 13 miliar poundsterling yang dipinjamkan
untuk menopang kekuasaan Maduro. Uang Rusia itu bisa hilang jika Maduro
dilengserkan dari kekuasaan.
Pemerintah Rusia maupun Venezuela belum berkomentar atas tuduhan politisi AS tersebut.