Kepolisian Sri Lanka menerapkan jam malam di
Chilaw setelah terjadi serangan anti-Muslim di kota yang terletak 80
kilometer dari Colombo itu, Minggu (12/5). (/Dinuka Liyanawatte)
Jakarta, CB -- Kepolisian Sri Lanka menerapkan
jam malam di Chilaw setelah terjadi serangan anti-Muslim di kota yang
terletak 80 kilometer dari Colombo tersebut pada Minggu (12/5).
Juru bicara kepolisian Sri Lanka, Ruwan Gunasekara, mengatakan bahwa jam malam ini perlu dilakukan setelah sekelompok pria menyerang pusat-pusat bisnis milik warga Muslim di Chilaw.
Juru bicara kepolisian Sri Lanka, Ruwan Gunasekara, mengatakan bahwa jam malam ini perlu dilakukan setelah sekelompok pria menyerang pusat-pusat bisnis milik warga Muslim di Chilaw.
Menurut Gunasekara, bentrokan itu terjadi setelah seorang warga salah memahami maksud satu unggahan di Facebook yang ia anggap ancaman terhadap umat Kristen.
Gunasekara mengatakan bahwa pria yang melontarkan komentar itu di Facebook kini sudah ditahan.
Bentrokan ini merupakan gelombang kekerasan teranyar yang terjadi setelah tragedi bom beruntun di sejumlah gereja dan hotel mewah pada Hari Paskah lalu.
Rangkaian bom yang menewaskan lebih dari 200 orang itu diklaim oleh kelompok militan ISIS. Sentimen anti-Muslim di Sri Lanka pun meningkat.
Pada
awal Mei lalu, bentrok antara umat Kristen dan Muslim pecah di Negombo,
di mana terdapat salah satu gereja yang menjadi target serangan bom
pada Paskah lalu.
Aparat setempat melaporkan bahwa minuman beralkohol sangat mempengaruhi emosi pihak-pihak yang terlibat dalam bentrokan tersebut. Gereja Katolik Sri Lanka pun meminta pemerintah untuk melarang alkohol.
Islam sendiri merupakan agama mayoritas kedua di Sri Lanka setelah Buddha. Sementara itu, Kristen menjadi minoritas dengan jumlah penganut hanya 7,6 persen dari keseluruhan penduduk.
Namun, di Negombo dan Chilaw, Kristen menjadi mayoritas. Kebanyakan warga merasa khawatir dengan kehadiran Muslim di tengah komunitas mereka.
Aparat setempat melaporkan bahwa minuman beralkohol sangat mempengaruhi emosi pihak-pihak yang terlibat dalam bentrokan tersebut. Gereja Katolik Sri Lanka pun meminta pemerintah untuk melarang alkohol.
Islam sendiri merupakan agama mayoritas kedua di Sri Lanka setelah Buddha. Sementara itu, Kristen menjadi minoritas dengan jumlah penganut hanya 7,6 persen dari keseluruhan penduduk.
Namun, di Negombo dan Chilaw, Kristen menjadi mayoritas. Kebanyakan warga merasa khawatir dengan kehadiran Muslim di tengah komunitas mereka.
Credit cnnindonesia.com