Ancaman diterima beberapa jam setelah seorang pria bersenjata ditangkap di kantor itu
CB,
BUENOS AIRES -- Militer dan polisi federal Argentina menyerbu kantor
kepresidenan di Buenos Aires karena ada ancaman bom. Ancaman tersebut
terjadi ketika Presiden Mauricio Macri berada di kantornya.
Ancaman diterima beberapa jam setelah seorang laki-laki bersenjata
ditangkap karena mencoba masuk ke gedung tersebut. Kantor kepresidenan
Argentina Casa Rosada menerima ancaman itu melalui sambungan telepon.
Kantor
Sekretaris Jendral Argentina mengatakan pelaku ancaman diindikasi
berencana meletakkan bom di dalam mobil. Lalu, militer mereka
mengaktifkan protokol ancaman semacam itu.
Tim yang
dikerahkan pun memeriksa dan mengamankan pintu masuk Casa Rosada yang
tidak hanya sebagai kantor kepresidenan tapi juga pusat pemerintahan.
Selama pemeriksaan, petugas tidak menemukan mobil dengan bahan peledak
dan orang-orang di gedung itu pun tidak dievakuasi.
"Tidak ada kemungkinan bom masuk tanpa terdeteksi," kata petugas dari kantor Sekretaris Jenderal Argentina, Rabu (14/5).
Media
setempat melaporkan kantor kongres juga mendapat ancaman yang sama.
Petugas pun segera dikerahkan untuk mengamankan lokasi. Sebelumnya,
Buenos Aires juga pernah menerima ancaman bom palsu termasuk menjelang
pertemuan G-20 tahun lalu.
Sebelum ada ancaman bom, ada
seorang laki-laki bersenjata yang mengaku harus bertemu Macri. Kantor
kepresidenan mengatakan laki-laki itu ditangkap di pintu masuk.
Petugas
keamanan mengatakan nama laki-laki itu Ariel Muniz, berusia 36 tahun.
Ia berusaha masuk Casa Rosada dengan pistol Magnum Taurus yang disimpan
di dalam koper.
Ketika petugas mendapat konfirmas ia tidak
memiliki jadwal pertemuan dengan Macri, Muniz pun mencoba meninggalkan
kopernya. Ia kemudian ditangkap petugas jaga. Di media sosial
Twitter, Menteri Keamanan Argentina mengatakan pistol yang dibawa Muniz tidak berpeluru.
Macri
yang berasal dari kelompok tengah-kanan mulai berkuasa pada 2015. Ia
akan maju lagi dalam pemilihan umum pada bulan Oktober mendatang.
Tampaknya ia harus bertarung dengan sengit di saat Argentina sedang
mengalami resesi.
Kepuasan terhadapnya di jajak pendapat terus menurun. Ia juga dihadapi inflansi tinggi dan menurunnya mata uang peso.
Pada
pekan lalu sebuah serangan di luar gedung kongres menewaskan satu orang
legislator dan pembantunya. Polisi mengatakan motif pembunuhan dengan
'gaya mafia' ini lebih bersifat pribadi dibandingkan politis.