Tidak disebutkan siapa yang berada di balik penyerangan kapal tanker Saudi.
CB,
MELBOURNE -- Sebanyak dua kapal tanker minyak milik Arab Saudi termasuk
di antara kapal-kapal yang ditarget oleh serangan sabotase di lepas
pantai Uni Emirat Arab (UEA). UEAmengutuknya sebagai upaya merusak
keamanan pasokan minyak mentah global.
UEA mengatakan empat kapal komersil disabotase di dekat emirat Fujairah.
Tidak disebutkan siapa yang berada di balik operasi itu, yang terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan Iran.
Investigasi telah diluncurkan dengan koordinasi bersama otoritas internasional.
UAE
mengatakan empat kapal komersil disabotase di dekat emirat Fujairah,
salah satu pusat penyimpanan terbesar di dunia yang terletak tepat di
luar Selat Hormuz. Tidak disebutkan siapa yang berada di balik operasi
itu, yang terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Amerika
Serikat dan Iran.
Kementerian luar negeri Iran
menyebut insiden itu mengkhawatirkan dan mengerikan dan meminta
penyelidikan atas masalah tersebut. Selat, yang menjadi jalur pelayaran
minyak dan gas global yang penting itu, memisahkan negara-negara Teluk
dan Iran.
Menteri Energi Arab Saudi, Khalid
al-Falih, mengatakan dalam sebuah pernyataan salah satu dari dua kapal
Saudi yang diserang sedang dalam perjalanan untuk dimuati dengan minyak
mentah Saudi dari pelabuhan Ras Tanura untuk pengiriman ke pelanggan
perusahaan milik negara Saudi, Aramco, di Amerika Serikat. Serangan itu
tidak menyebabkan korban atau tumpahan minyak tetapi menyebabkan
kerusakan signifikan pada struktur kedua kapal, kata pernyataan yang
diterbitkan oleh kantor berita pemerintah
SPA itu.
Sumber
di sektor perdagangan dan pengapalan mengidentifikasi kapal-kapal Saudi
itu sebagai kapal tanker Amjad yang sangat besar (VLCC), dan tanker
pengangkut minyak mentah Al Marzoqah. Keduanya milik perusahaan Bahri.
Bahri
tidak menanggapi permintaan komentar. Pada Ahad (12/5), Kementerian
Luar Negeri UEA mengatakan tidak ada korban dan operasi pelabuhan
Fujairah normal. Investigasi telah diluncurkan dengan koordinasi bersama
otoritas internasional, dan meminta negara-negara adidaya untuk
mencegah pihak-pihak yang mencoba membahayakan keselamatan dan keamanan
maritim.
Menimbulkan bahaya terhadap ekonomi global
Dua
sekutu Muslim Sunni, Arab Saudi dan UEA, telah sangat mendukung sanksi
AS terhadap sesama produsen OPEC dan musuh di Kawasan yakni Iran yang
didominasi Muslim Syiah. Setelah Amerika Serikat mengakhiri semua
keringanan sanksi terhadap minyak mentah Iran, Washington mengatakan
Riyadh dan Abu Dhabi akan membantu mengkompensasi kekurangan pasokan
minyak.
Al-Falih mengatakan serangan itu bertujuan
merusak kebebasan maritim dan keamanan pasokan minyak kepada konsumen di
seluruh dunia. "Komunitas internasional memiliki tanggung jawab bersama
untuk melindungi keselamatan navigasi maritim dan keamanan kapal tanker
minyak," katanya.
"Untuk mengurangi dampak negatif
dari insiden seperti itu di pasar energi dan bahaya yang ditimbulkannya
terhadap ekonomi global."
Juru bicara Kementerian
Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi -yang sempat dikutip oleh kantor berita
semi-resmi ISNA -mengatakan insiden di Fujairah "memiliki dampak negatif
terhadap keamanan transportasi laut" dan meminta negara-negara di
kawasan untuk "waspada terhadap rencana penurunan stabilitas dari agen
asing".
Awal bulan ini, Administrasi Maritim AS
mengatakan kapal-kapal komersial termasuk kapal tanker minyak yang
berlayar melalui perairan Timur Tengah bisa menjadi sasaran Iran dalam
salah satu ancaman terhadap kepentingan AS yang ditimbulkan oleh
Teheran.
Washington mengatakan pihaknya mengirim
kapal induk AS dan pasukan lainnya ke Timur Tengah atas apa yang
disebutnya sebagai ancaman Iran, sementara Teheran menyebut kehadiran
militer AS sebagai "target" ketimbang ancaman.
Pemerintahan
Presiden AS Donald Trump telah meningkatkan tekanan terhadap Iran
dengan sanksi sejak Washington mundur dari perjanjian nuklir
internasional 2015 antara Teheran dengan sejumlah kekuatan dunia,
setahun lalu.