Rabu, 07 September 2016

Silmy Karim Mau Bawa Barata Garap Bisnis Listrik 35.000 MW

 
Silmy Karim Mau Bawa Barata Garap Bisnis Listrik 35.000 MW  
Foto: dok. Kementerian BUMN
 
Jakarta -Rencana pemerintah dalam merealisasikan program 35.000 megawatt (MW) disambut baik oleh para pelaku industri. Salah satunya adalah pelaku industri alat berat yang berharap produknya akan terlibat dalam pembangunan berbagai pembangkit listrik.

Salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang fokus pada produksi alat berat, yaitu PT Barata (Persero) juga ingin terlibat dalam mega proyek yang direncanakan berlangsung hingga 2019.

Direktur Utama PT Barata (Persero) Silmy Karim bercerita terkait rencana Barata terlibat dalam proyek 35.000 MW di Indonesia. Dirinya berharap, Barata dapat memasok komponen-komponen pembangkit listrik seperti generator hingga komponen pendukung lainnya.

Berikut adalah petikan wawancara khusus detikFinance bersama Direktur Utama PT Barata (Persero) Silmy Karim, ketika ditemui di Financial Club Graha Niaga, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (6/9/2016).

Sudah ada kesepakatan dengan PLN akan menggandeng Barata untuk pembangunan pembangkit 35.000 MW?

Sudah, kan di dalam dokumen tender kan memang sudah disebutkan bahwa pihak asing yang berminat untuk mengikuti tender pembangkit listrik di atas 100 MW harus melibatkan 4 BUMN.

BUMN apa saja yang harus dilibatkan?

Barata, PAL, Pindad, dan BBI (Boma Bisma Indra).

Kemudian dari sisi pembangkit yang kita sudah pengalaman dari China, kita akan masuk kepada maintenance sama after sales support. Makanya dari Kementerian BUMN meminta supaya Barata bisa menghasilkan komponen-komponen yang saat ini sulit didapatkan oleh pembangkit yang dulu dibangun oleh China yang after salesnya dan perawatannya susah, makanya Barata diminta untuk support ini. Kita sedang melakukan studi dan saya kan juga baru sebulan kan.

Kenapa pembangkit listrik?

Sekarang 35.000 MW rata-rata kita ambil per 1 MW itu US$ 2 juta. Artinya negara akan mengeluarkan uang US$ 70 miliar, itu sekitar Rp 1.000 triliun. Masa Barata nggak dapat 5% nya, masa perusahaan Indonesia tidak mendapatkan manfaat.

Itu kan pertanyaan-pertanyaan logis kalau kita sebagai negara yang ingin maju, bukan sebagai negara yang hanya berbasis kepada ekonomi Sumber Daya Alam (SDA) saja, ke depan itu akan habis. Sehingga kita perlu membangun yang namanya industri besar berbasis teknologi, berbasis SDM unggul begitu. Dari penugasan saya di Pindad saya selalu begitu.

Potensinya dalam proyek 35.000 MW seberapa besar?

Saya melihat ada satu kaitan dengan rencana pembangkit 35.000 megawatt (MW). Kita banyak tahu bahwa untuk yang 10.000 atau 15.000 MW pertama itu kita banyak sourcing dari China pembangkitnya dan itu sekarang banyak masalah. Ibu Menteri (Rini Soemarno) mengatakan bahwa Barata menjadi pelaku peningkatan komponen lokal untuk pembangkit, salah satunya ya. Tentu saya sepakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan pembangkit 35.000 MW.

Kalau kita lihat potensinya tentu sangat besar 3 sampai 5 tahun ke depan. Makanya kita sekarang sedang menyusun persiapan maupun juga komunikasi baik dengan PLN dan juga kementerian-kementerian baik juga pihak asing yang ingin berpartisipasi.

Pembangkit itu kan dibagi dua, pembangkit besar di atas 100 MW, pembangkit sedang itu sekitar 25 MW sampai 100 MW, kemudian pembangkit kecil di bawah 10 MW.

Untuk yang kecil saya pikir Indonesia tidak punya masalah, untuk yang sedang menurut saya juga kita bisa melakukan itu dengan bantuan pihak yang sudah berpengalaman, dan untuk yang di atas 100 MW itu tentu kia menjadi bagian daripada transfer of knowledge dan transfer of technology dengan harapan di kemudian hari kita bisa mampu sendiri. Itu kita akan masuk dengan bermitra dengan luar negeri.

Selain proyek pembangkit listrik, apa proyek lain yang ingin diikuti?

Kemudian yang berikutnya adalah pemerintah juga logistik. Jadi logistik itu wujudnya adalah di pelabuhan. Saya sudah ketemu dua Dirut Pelindo, yaitu Pelindo II dan Pelindo III itu untuk mencari business model di mana Barata bisa berpartisipasi dalam menghasilkan produk crane dari berbagai jenis crane untuk bongkar muat. Kita lagi susun supaya business model itu bisa diterima Pelindo sesama BUMN, sinergi BUMN.



Credit  detikfinance