Ribuan orang etnis Rohingya bermigrasi mencari suaka.
Ratusan migran Rohingya yang tiba di Aceh. (REUTERS/Roni Bintang)
Itu terkait dengan kasus yang baru-baru dialami di negara-negara Asean tak terkecuali Indonesia mengenai ribuan orang yang bermigrasi mencari suaka di negara tujuan. Mereka berminggu-minggu bahkan berbulan terdampar di perahu-perahu tanpa makanan dan air bersih. Salah satunya kaum Rohingnya.
Kate Schuetze, peneliti Asia Pasifik Amnesty International Asia, mengajak pemerintah di Asia Tenggara untuk tidak meninggalkan mereka dalam kondisi genting, karena beresiko terhadap kematian.
“Menjadi penting bahwa Negara-negera di kawasan ini meluncurkan operasi-operasi pencarian dan penyelamatan yang terkoordinasi untuk menyelamatkan mereka yang ada di lautan – segala sesuatu yang di bawah ini akan menjadi vonis mati bagi ribuan orang,” kata Schuetze dalam keterangan tertulis Kamis 14 Mei 2015.
Schuatze menyatakan, hal ini sangat mengerikan karena ratusan orang hanyut di perahu makin mendekati kematian, tanpa makanan atau air, dan bahkan tanpa mengetahui di mana mereka berada.
Selain itu, Schuatze juga menuturkan, bahwa pihak berwenang Malaysia memiliki sebuah kewajiban untuk melindungi dan tidak menghukum ratusan orang yang sampai ke pantai negeri tersebut hari ini.
Menurut dia, para imigran harus diberikan pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan mendesak, dan tidak boleh dikirim balik ke lautan atau dipindahkan ke suatu tempat di mana hak-hak mereka atau jiwa mereka beresiko.
“Komentar-komentar para pihak berwenang bahwa mereka akan menghalau balik mereka yang datang dengan perahu-perahu merupakan serangan terhadap martabat manusia. Lebih-lebih lagi, jika para pihak berwenang ini melanjutkan ancaman-ancaman tersebut, mereka akan melanggar kewajiban-kewajiban internasional Malaysia,” jelasnya.
Dalam beberapa hari terakhir, jumlah orang-orang yang meningkat dari Myanmar dan Bangladesh telah tiba dengan perahu di Malaysia dan Indonesia.
Paling tidak satu perahu dengan 400 orang yang diperkirakan merupakan orang-orang Rohingya dihalau keluar ke lautan oleh Angkatan Laut Indonesia, di lepas pantai Aceh, setelah diberikan makanaan dan bahan bakar.
Sebuah tekanan terhadap kedatangan-kedatangan tidak normal di Thailand nampaknya memaksa para penyelundup dan pelaku perdagangan manusia untuk mencari jalur baru.
Organisasi Internasional untuk Migrasi (the International Organization for Migration) percaya bahwa 8.000 orang mungkin masih di perahu-perahu di dekat Thailand.
“Ribuan orang dalam resiko harusnya mendapat prioritas segera, tetapi akar penyebab masalah dari krisis ini harus diselesaikan. Fakta bahwa ribuan orang Rohingya memilih perjalanan berbahaya dengan perahu, mungkin karena mereka tidak bisa selamat bila tinggal di Myanmar merupakan penanda yang jelas tentang kondisi yang mereka hadapi di sana,” terang Schuetze.
Credit VIVA.co.id