Rabu, 25 Maret 2015

Yordania dan Rusia Bangun Pembangkit Nuklir Rp129 Triliun



Yordania dan Rusia Bangun Pembangkit Nuklir Rp129 Triliun  
Setelah meluncurkan proyek PLTN Bushehr di Iran pada 2011, Rusia berharap dapat membangung lebih banyak pembangkit nuklir di negara lain. (Ilustrasi/Getty Images/IIPA)
 
 
Jakarta, CB -- Yordania dan Rusia menandatangani perjanjian pembangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pertama berkapasitas 2.000 megawatt senilai US$10 miliar, atau setara dengan Rp129 triliun.

Dilaporkan Reuters, Yordania mengimpor hampir 98 persen produk minyak dan minyak mentah untuk memenuhi kebutuhan energinya. Saat ini, kebutuhan listrik di kerajaan yang dipimpin oleh Raja Abdullah tumbuh lebih dari 7 persen per tahun karena populasi meningkat dan ekspansi industri.

Kerja sama yang ditandatangani dengan Rosatom, perusahaan nuklir milik negara Rusia ini, akan diwujudkan dengan pembangunan dua unit PLTN di wilayah Amra, sebelah utara Yordania tahun 2022 mendatang.

"Kami memilih teknologi Rusia dalam proses yang sangat kompetitif sesuai dengan kebutuhan Yordania dalam hal pembangkit listrik dan kemampuan untuk menghasilkan listrik dengan harga yang sangat kompetitif," Khaled Toukan, Ketua Komisi Energi Atom Yordania (JAEC), mengatakan pada konferensi pers.

Kesepakatan tersebut termasuk dengan studi kelayakan, proses evaluasi situs PLTN dan dampaknya terhadap lingkungan. Yordania berharap bahwa tenaga nuklir mempu berkontribusi hampir 40 persen dari total kapasitas pembangkit listriknya.


Pada Oktober 2013, Rusia terpilih sebagai pemenang lelang untuk memasok pembangkit listrik tenaga nuklir pertama bagi Yordania.

Unit pertama PLTN diharapkan mulai beroperasi setelah tahun 2022. Unit PLTN kedua akan mulai beroperasi dua tahun kemudian.

CEO Rosatom, Sergei Kiriyenko, menyatakan kerja sama dengan Yordania akan membuka peluang untuk penawaran pasokan bahan bakar nuklir di masa depan.

"Pembangkit listrik tenaga nuklir merupakan perwujudan dari kemitraan strategis," kata Kiriyenko.

Rusia tertarik untuk memasuki pasar baru yang menguntungkan bagi teknologi dan penerapan pengetahuan nuklirnya sehubungan dengan sanksi ekonomi Barat terhadap negara ini.

Rusia akan menanggung 49 persen dari seluruh biaya pembangunan PLTN ini, sementara Yordania membiaya 51 persen sisanya.

Selain dengan Yordania, dalam kunjungan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Kairo bulan lalu, ia menandatangani nota kesepahaman untuk membangun PLTN pertama di Mesir.

Rosatom juga menandatangani perjanjian untuk membangun dua reaktor nuklir di Hungaria pada awal tahun ini. Selain itu, Moskow juga berharap untuk membangun lebih banyak reaktor di Iran, setelah proyek PLTN Bushehr diluncurkan pada 2011 lalu.

Program investasi Rosatom bersumber dari APBN Rusia, memungkinkan perusahaan tersebut untuk menghabiskan sekitar US$300 miliar hingga US$350 miliar per tahun untuk membangun pembangkit nuklir di Rusia dan luar negeri.

Hingga saat ini, Rosatom mempertahankan rekor sebagai pembangun reaktor paling aman di dunia.


Credit  CNN Indonesia