Jumat, 27 Maret 2015

Kisah operasi alpha, misi pembelian pesawat TNI AU ke Israel



https://sejarahperang.files.wordpress.com/2011/05/51.jpgA4 Skyhawk


CB - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) segera mengganti pesawat F-5 Tiger yang sudah mulai uzur. Pergantian ini dilakukan guna meningkatkan kekuatan tempur TNI dalam menghadapi intervensi dari bangsa asing yang bisa saja mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pesawat-pesawat tempur yang diincar Indonesia antara lain, F-16 Block 52+ Fighting Falcon, Eurofighter Typhoon, dan Sukhoi Su-35. Namun, hanya Su-35 yang belum teruji kehebatannya di medan pertempuran. Bahkan, Prancis sempat memamerkan jet tempurnya, bernama Dassault Rafale.

Di tengah rencana pembelian tersebut, Indonesia ternyata pernah memiliki misi rahasia untuk membeli pesawat tempur terbaru. Adalah A-4 Skyhawk, sebuah jet tempur milik Israel, yang diincar TNI AU saat itu untuk menggantikan F-86 Sabre dan T-33 Thunderbird yang sudah mulai senja usianya.

Saat itu, Mabes ABRI tengah mencari pesawat baru untuk memperkuat armadanya di seluruh Indonesia. Dari AS, TNI hanya mendapat 16 pesawat F-5 E/F Tiger II, dan jumlah tersebut dianggap tak cukup untuk melengkapi seluruh skadron tempur. Dari informasi yang diterima intelijen, terdengar Israel akan menjual 32 pesawat tempur A-4 Skyhawk milik mereka.
Lewat biografinya berjudul 'Menari di Angkasa', Djoko F Poerwoko, salah satu penerbang andalan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), ditugaskan untuk ikut dalam sebuah pelatihan. Namun, dia tak pernah menyangka lokasi tempatnya berlatih bukan lah AS, melainkan Israel. Seluruh proses pembeliannya diatur oleh petinggi ABRI yang saat itu dipimpin oleh Benny Moerdani.

Dari sejumlah pilot TNI AU, Djoko Poerwoko dipilih untuk menjadi salah satu penerbangnya. Karena sifatnya yang serba rahasia, Dia dan beberapa rekannya hanya tahu mereka akan dibawa ke AS untuk berlatih mengoperasikan F-5 E/F Tiger II.

Djoko dan sembilan rekannya merupakan gelombang terakhir untuk mempelajari alutsista baru. Sebagai tim terakhir, Djoko mendapat pembekalan khusus di Mabes TNI AU. Awalnya mereka mengira akan berangkat ke AS untuk belajar terbang di sana, namun tidak ada informasi lain soal rencana tersebut.

Mereka pun diberangkatkan ke Singapura dari Bandara Halim Perdanakusuma dengan menggunakan maskapai Garuda Indonesia. Setelah mendarat, Djoko dibawa ke sebuah hotel. Di tempat ini, beberapa anggota intel dari Mabes ABRI sudah menunggunya, termasuk Kepala BIA (Badan Intelijen ABRI, sekarang BAIS), Mayjen Benny Moerdani yang lantas memberikan sedikit maklumat.

"Misi ini adalah misi rahasia, maka yang merasa ragu-ragu silakan kembali sekarang juga. Kalau misi ini gagal, negara tidak akan pernah mengakui kewarganegaraan kalian. Namun, kami tetap akan mengusahakan kalian semua bisa kembali dengan jalan lain. Misi ini hanya akan dianggap berhasil, apabila 'sang merpati' (A-4 Skyhawk Israel) telah hinggap," tegas Benny saat mengajak Djoko dan rekannya makan malam bersama.



Credit  Merdeka.com