Selasa, 03 Maret 2015

Kisah Panjang Pengangkatan QZ8501, dari Ekor Hingga Akhirnya Badan Pesawat



Kisah Panjang Pengangkatan QZ8501, dari Ekor Hingga Akhirnya Badan Pesawat 
 
Jakarta (CB) - Dua bulan sudah operasi SAR AirAsia Q78501 dilakukan sejak insiden jatuhnya pesawat pada Minggu (28/12/2014) lalu itu. Basarnas bersama TNI dan tim gabungan lainnya menuai kesuksesan dalam mengevakuasi korban dan serpihan-serpihan pesawat jenis Airbus itu.

Perlu usaha maksimal yang dilakukan dalam pengangkatan bagian-bagian penting mulai dari ekor hingga badan pesawat. Suka duka pun dirasakan dan berujung pada keberhasilan Basarnas dan tim gabungan. Ada pun serpihan besar yang pertama ditemukan dan dievakuasi adalam bagian ekor pesawat.

Ekor pesawat QZ8501 ditemukan di perairan Laut Jawa dengan koordinat 03 36 31 S dan 109 41 66 T oleh Kapal GeoSurvey, Rabu (7/1). Bagian tersebut ditemukan setelah 4 kali penyelaman di hari ke-11 pencarian.

TNI AL pun lalu mendatangkan lifting bag guna mengangkat ekor pesawat QZ8501 yang mampu mengangkat objek seberat 110 ton dari dasar laut. Tim akhirnya bisa mengangkat ekor dengan cara mengikat tali dan membawa flaoting bag dengan 4 tabung udara. Proses pengangkatan ini disaksikan langsung oleh Panglima TNI Jenderal Moeldoko dari KRI Banda Aceh. Akhirnya pada pulul 11.50 WIB, Sabtu (10/1), ekor pesawat berhasil terangkat.

Ekor lantas ditarik dengan menggunakan crane dari Kapal Crest Onyx yang berjarak sekitar 500 meter dari KRI Banda Aceh. Sebelum dibawa ke Jakarta, ekor ditransitkan terlebih dahulu ke Pelabuhan Panglima Utar Kumai pada Minggu (11/1) sore diantar oleh Kapal Crest Onyx. Ekor pun lalu dipotong menjadi beberapa bagian.

Keberhasilan berikutnya adalah penemuan Flight Data Recorder (FDR) yang berhasil dievakuasi tim penyelam TNI pada Senin (12/1). FDR dijemput langsung oleh Panglima TNI Jenderal Moeldoko dari KRI Banda Aceh padahal ia baru saja kembali ke darat usai menginap selama 2 hari di KRI Banda Aceh untuk menyaksikan proses pengangkatan ekor.

Bahkan Jenderal Bintang 4 itu memberikan hadiah Rp 100 juta untuk penyelam TNI AL atas keberhasilan mengangkat FDR. "Ini untuk vitamin penyelam, Rp 100 juta," ungkapnya di KRI Banda Aceh usai mengungkapkan kebanggannya kepada para anak buahnya yang berhasil mengevakuasi FDR
Moeldoko juga turut mengawal FDR itu bersama KNKT dari posko gabungan di Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalteng ke Jakarta. Sehari setelahnya, tim pun berhasil menemukan Cockpit Voice Recorder (CVR) dan mengevakuasinya.

CVR berhasil dievakuasi pada Senin (13/1) oleh tim penyelam TNI AL. Lokasinya di bawah gundukan serpihan yang di dalamnya ada mesin pesawat. Koordinatnya berada di 03 derajat 27' 33" LS dan 109 42' 71" BT dan dijemput oleh Lakda Widodo yang kini telah menjadi Wakasal.

"Posisi dari yang ditemukan (serpihan pesawat) tersebar dan berserakan. Berada 1,7 mil laut atau 3,4 km dari (letak penemuan) ekor. Square cukup luas kurang lebih 6x6 mile. Psosi dari letak penemuan FDR hampir sejauh 500 meter dengan kedalaman 32 meter," kata Laksda Widodo yang kala itu masih menjabat sebagai Pangarmabar di Pangkalan Bun usai mengambil CVR yang berhasil dievakuasi, Senin (13/1).

Tak sedikit kru SAR AirAsia yang cidera dalam operasi SAR ini. Ada 19 penyelam TNI AL yang mengalami Dekompresi. Dekompresi adalah meningkatnya gelembung gas di dalam tubuh yang menyumbat aliran darah dan sistem syaraf setelah menyelam.

Akibatnya akan timbul gejala yang mirip sekali dengan stroke, di mana akan timbul gejala-gejala seperti mati rasa, kelumpuhan, atau bahkan kehilangan kesadaran. 19 penyelam itu berasal dari unsur TNI AL yang harus dirawat di rumah sakit selama satu hingga beberapa bulan ke depan tergantung tingkat dekompresi yang dialami.

"Ada 19 penyelam yang mengalami dekompresi. TNI sendiri juga sudah melakukan pemulihan kepada para penyelam," ujar Kabasarnas Marsdya FHB Soelistyo, Rabu (28/1).

Kokpit pesawat sendiri sebenarnya juga telah ditemukan sejak pertengahan Januari lalu dan tertancap di lumpur. Dari kokpit tersebut, tim SAR berhasil mengangkat pilot pesawat. Posisi mesin pesawat juga telah terdeteksi, sayang akhirnya kedua serpihan ini tak diangkat dari dasar laut

Terakhir, Basarnas bersama tim gabungan berhasil mengangkat fuselage (bagian badan utama) pesawat AirAsia Q78501 di Selat Karimata. Fuselage dengan satu sayap menempel ditemukan oleh Kapal RSS SWIFT milik Singapura pada Rabu (14/1). Jarak ditemukannya berada 3.000 meter dari lokasi penemuan ekor pesawat dan 800 meter dari lokasi FDR.

Evakuasi pengangkatan badan pesawat dengan Kapal Crest Onyx dilakukan cukup lama, berkali-kali upaya dilakukan gagal. Tim SAR sendiri menyiapkan 7 lifting bag untuk pengangkatan main body.

Pada upaya hari Minggu (25/1), badan pesawat sempat terangkat dan ada beberapa jenazah yang ikut terapung dalam proses itu, namun gagal. Pengangkatan menggunakan 1 lifting bag berukuran 10 ton. Total ada 14 jenazah yang diangkut dari bodi pesawat ini.

Akhirnya pada Jumat (27/2), badan pesawat di mana Basarnas hanya melibatkan penyelam swasta dan relawan tanpa bantuan TNI, akhirnya terangkat. Saat ini badan pesawat yang dibawa dari Selat Karimata menuju Pelabuhan Tanjung Priok oleh Kapal Crest Onyx sudah diserahkan kepada pihak KNKT dari Basarnas.

"Proses penyerahan main body merupakan rangkaian akhir. Skenario yang paling utama mengevakuasi korban sebanyak-banyaknya, mencari blackbox dan terakhir adalah pengangkatan body pesawat. Selain utk investigasi KNKT, juga untuk meyakinkan bahwa kita telah berusaha maksimal mencari korban," ungkap Kabasarnas saat penyerahan main body di Pelabuhan Tanjung Priok, Senin (2/3).

Dari main body ini, tim berhasil menemukan uang belasan ribu dollar Singapura milik 3 korban dan akan dikembalikan pada pihak keluarganya. Bahkan pada penyisiran terakhir di dermaga Pelabuhan Tanjung Priok, Basarnas masih menemukan barang seperti iPhone dan sandal. Ada 4 buah tulang belulang kecil yang juga ditemukan dalam penyisiran itu.

Dari operasi SAR AirAsia, tim SAR gabungan berhasil menemukan 103 korban dari 162 penumpang dan kru pesawat. Sebanyak 93 sudah diidentifikasi. Basarnas akan menutup operasi pokok SAR QZ8501 dalam waktu dekat, namun masih akan berusaha mencari 59 korban yang belum ketemu.

Meski begitu Kabarsanas hanya memberi waktu maksimal 2 minggu untuk pencarian terakhir ini. Untuk itu, Soelistyo akan berkoordinasi dengan pihak keluarga korban yang belum diketemukan untuk mengatur persolanan waktunya.

"Maksimal 2 minggu, setelah itu semua finish. Semua harus terima kenyataan, sehingga kita jadi pasti operasi dilaksanakan, diakhiri, dievaluasi. Menjawab harapan keluarga, saya kasih peluang 1-2 minggu. Setelah itu saya harap keluarga korban terima kenyataan," tukas Marsekal Bintang 3 itu.


Credit  Detiknews