Saham perusahaan penerbangan Prancis, Airbus turun 4,5 persen.
(REUTERS/Toru Hanai)
CB - Saham perusahaan penerbangan Prancis, Airbus turun sebanyak 4,5
persen pada perdagangan Kamis malam, atau Jumat, 12 Desember 2014 waktu
Indonesia. Penurunan dipicu pernyataan perusahaan soal rencana
penghentian produksi pesawat A380 superjumbo pada 2018.
Airbus juga memperkirakan, keuntungan perusahaan pada 2016 bakal landai-landai saja. Pada perdagangan sehari sebelumnya, saham Airbus juga jatuh 10,4 persen ke level 43,20 Euro. Ini merupakan hari terburuk mereka selama enam tahun terakhir. Nilai perusahaan terkoreksi hingga 3,9 miliar Euro.
Pada saat yang sama, Qatar Airways mengatakan pihaknya menunda pengiriman pertama pesawat jet A350 sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Pengiriman A350 ke Qatar Airways semula direncanakan berlangsung tanggal 13 Desember, diikuti dengan penerbangan ke Doha. Mestinya, hari Jumat ini, akan berlangsung seremoni serah-terima pesawat. Tapi acara itu dibatalkan.
Produksi pesawat A380 hanya berlangsung dalam tujuh tahun, dan untuk pengembangannya, menghabiskan biaya sekitar US$25 miliar. Airbus menghitung, biaya A380 ini akan mencapai titik impas (break even point/BEP) pada 2018 mendatang.
"Perusahaan harus membuat mesin berbeda mulai 2018 agar lebih menarik,
atau berhenti membuatnya, sama sekali," ujar Chief Financial Officer
(CFO) Airbus, Harald Wilhelm, seperti dikutip laman BBC, beberapa saat lalu. Airbus juga memperkirakan, keuntungan perusahaan pada 2016 bakal landai-landai saja. Pada perdagangan sehari sebelumnya, saham Airbus juga jatuh 10,4 persen ke level 43,20 Euro. Ini merupakan hari terburuk mereka selama enam tahun terakhir. Nilai perusahaan terkoreksi hingga 3,9 miliar Euro.
Pada saat yang sama, Qatar Airways mengatakan pihaknya menunda pengiriman pertama pesawat jet A350 sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Pengiriman A350 ke Qatar Airways semula direncanakan berlangsung tanggal 13 Desember, diikuti dengan penerbangan ke Doha. Mestinya, hari Jumat ini, akan berlangsung seremoni serah-terima pesawat. Tapi acara itu dibatalkan.
Produksi pesawat A380 hanya berlangsung dalam tujuh tahun, dan untuk pengembangannya, menghabiskan biaya sekitar US$25 miliar. Airbus menghitung, biaya A380 ini akan mencapai titik impas (break even point/BEP) pada 2018 mendatang.
Pengumuman itu, tak ayal
memicu reaksi kemarahan maskapai Dubai Emirates, dengan mengatakan
mereka siap untuk berinvestasi guna membeli pesawat lebih banyak lagi.
Presiden Emirates, Tim Clark, mengatakan bahwa ia telah memprotes Airbus. Clark mengatakan, jika Airbus berniat meng-upgrade A380 dengan menambahkan mesin Rolls-Royce baru, Emirates juga bakal meng-upgrade 140 pesawat Airbus miliknya.
Sebelumnya, Airbus telah mengumumkan rencana pengurangan produksi pesawat A330-nya sebesar 10 persen atau sembilan pesawat per bulan.
Namun, pada Rabu kemarin, perusahaan menyatakan ingin memangkas lagi produksi pada 2016 ke tingkat yang tak ditentukan. Keputusan itu, diambil setelah lambannya pertumbuhan pembeli pesawat. Untuk menenangkan keadaan, kepala komunikasi perusahaan Airbus, Rainer Ohler mengeluarkan pernyataan resmi.
Presiden Emirates, Tim Clark, mengatakan bahwa ia telah memprotes Airbus. Clark mengatakan, jika Airbus berniat meng-upgrade A380 dengan menambahkan mesin Rolls-Royce baru, Emirates juga bakal meng-upgrade 140 pesawat Airbus miliknya.
Sebelumnya, Airbus telah mengumumkan rencana pengurangan produksi pesawat A330-nya sebesar 10 persen atau sembilan pesawat per bulan.
Namun, pada Rabu kemarin, perusahaan menyatakan ingin memangkas lagi produksi pada 2016 ke tingkat yang tak ditentukan. Keputusan itu, diambil setelah lambannya pertumbuhan pembeli pesawat. Untuk menenangkan keadaan, kepala komunikasi perusahaan Airbus, Rainer Ohler mengeluarkan pernyataan resmi.
"Seluruh manajemen Airbus
masih percaya pada prospek pasar A380, tetapi setiap investasi dengan
Airbus membutuhkan kasus bisnis yang sehat, kami akan terus pelajari,"
ujar pernyataan itu.
Credit VIVAnews