Senin, 15 Desember 2014

India blokir upaya Tiongkok untuk bergabung dalam SAARC



Pertemuan SAARC: Perdana Menteri India, Narendra Modi, kiri, memberikan sambutan pada KTT Kerja Sama Regional Asosiasi Asia Selatan ke-18 [SAARC] di Kathmandu tanggal 26 November. Tampak Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani sedang mendengarkan. India menolak upaya Tiongkok untuk bergabung dengan organisasi delapan bangsa itu. [AFP]
Pertemuan SAARC: Perdana Menteri India, Narendra Modi, kiri, memberikan sambutan pada KTT Kerja Sama Regional Asosiasi Asia Selatan ke-18 [SAARC] di Kathmandu tanggal 26 November. Tampak Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani sedang mendengarkan. India menolak upaya Tiongkok untuk bergabung dengan organisasi delapan bangsa itu. [AFP]



CB - Masa bulan madu baru-baru ini antara India dan Tiongkok tidak bertahan lama. Kedua bangsa besar ini tergelincir kembali ke dalam lingkaran buruk, saling tuduh mengenai Kerja Sama Regional Asosiasi Asia Selatan [SAARC] yang secara tradisi didominasi oleh India.
SAARC terdiri atas India dan tujuh bangsa lainnya: Afghanistan, Pakistan, Nepal, Bangladesh, Maladewa, Sri Lanka dan Bhutan. Secara tradisi, India memandang grup ini sebagai lingkaran pengaruhnya sendiri dan membuat Tiongkok murka oleh penolakan atas upaya Beijing untuk diterima sebagai anggota penuh SAARC.
Tiongkok menginginkan keanggotaan dalam SAARC pada KTT organisasi ini yang ke-18 di Kathmandu, Nepal, pada tanggal 26 dan 27 November. Pada akhir KTT, India secara khusus menolak perluasan SAARC, yang membuat Beijing marah besar.
Sekarang, media yang didukung negara di Beijing menuduh India mencoba mengucilkan Tiongkok dari lingkaran SAARC.
“Sebagai anggota terbesar kelompok regional, sejauh ini, India sudah merasa nyaman mengingat posisinya sebagai nomor satu di klub delapan anggota itu," tulis analis Narayani Basu di Asia Times Online pada tanggal 2 Desember. Namun, India merasa terancam oleh upaya Beijing untuk bergabung dalam organisasi ini sebagai anggota penuh yang memiliki hak veto.
“Tiongkok menjadi pengamat pada pengelompokan regional tahun 2006, tetapi selama ini telah mendesak untuk mendapatkan keanggotaan permanen – yang memiliki hak veto untuk perjanjian penting – sejak saat itu,” Asia Times Online melaporkan.
Tiongkok mendesak untuk bergabung dalam SAARC
Asia-Pacific Daily yang diterbitkan oleh Xinhua, kantor berita negara Tiongkok, biro Kathmandu, memberitakan edisi khusus sebanyak 12 halaman yang menampilkan menteri kabinet Nepal dan dua mantan menteri luar negeri yang mendukung kasus Tiongkok untuk bergabung dalam SAARC.
Berita ini ditampilkan hanya beberapa hari setelah Beijing berjanji untuk menyediakan 10 juta yuan [$1,63 juta USD] setiap tahun dari 2014 hingga 2018 untuk membantu Nepal mengembangkan distriknya di bagian utara pada perbatasan Wilayah Otonomi Tibet, Asia Times Online melaporkan.
Tetapi, prakarsa baru Beijing bertabrakan dengan upaya Perdana Menteri India, Nahendra Modi untuk mengubah wacana kebijakan regional India terhadap Asia Selatan.
“Salah satu prioritas strategis kunci pemerintahannya adalah menetapkan kembali India sebagai pemimpin regional di Asia Selatan. Kendati mengajak Tiongkok untuk menangani permasalahan kunci di bidang ekonomi dan geopolitik bilateral, tidak diragukan lagi bahwa Modi tidak berkeinginan untuk mengizinkan Beijing menginjak posisi India di SAARC,” Asia Times Online melaporkan.
Namun demikian, bangsa lain di SAARC telah bersedia untuk menampung tawaran Tiongkok.
Strategi yang ditetapkan oleh Xi Jinping
Ralph Winnie, kepala program Tiongkok di Koalisi Bisnis Eurasia, memberi tahu kepada Asia Pacific Defense Forum [APDF] bahwa membantu bangsa-bangsa Asia Selatan dalam program pengembangan mereka merupakan bagian tidak terpisahkan dari strategi pertumbuhan Tiongkok di bawah Presiden Xi Jinping.
“Xi ingin menciptakan iklim investasi yang menguntungkan bagi perusahaan Tiongkok di seluruh Asia Selatan serta di bagian lain benua ini," kata Winnie. “Ia juga bertekad untuk menunjukkan Tiongkok sebagai pemangku kepentingan yang bertanggung jawab, yang memenuhi kewajiban konstruktif dalam statusnya sebagai kekuatan besar dengan negara tetangganya di seluruh Asia.”
Pengaruh investasi Tiongkok yang terus tumbuh di negara-negara yang tergabung dalam SAARC memang tidak dapat dielakkan, The Diplomat melaporkan tanggal 8 Desember.
“Kawasan ini akan memerlukan investor dari luar. Tiongkok merupakan pilihan yang pasti, mengingat kiprahnya dalam menangani berbagai proyek infrastruktur besar di luar negeri, dan mempertimbangkan pengeluaran biaya yang sudah dilakukannya di kawasan ini," The Diplomat melaporkan. "Namun, penyertaan Beijing dalam proses ini menghadirkan ... ancaman kritis.”
Mimpi buruk pemerintah India yaitu Beijing bisa menggunakan pengaruh finansialnya di Islamabad, dan bahkan Sri Lanka atau Nepal [yang juga mendukung peningkatan status Tiongkok di SAARC] untuk mengucilkan India – dengan begitu, merusak keseimbangan asosiasi pada saat ini, menurut The Diplomat.
Pengaruh Tiongkok yang terus tumbuh dalam lingkup SAARC sudah tampak nyata di KTT Nepal bulan November, majalah India Abroad melaporkan.
7 bangsa mendukung peran Tiongkok
Semuanya, ketujuh negara menupayakan peran Tiongkok yang lebih aktif di KTT Kathmandu dalam kelompok itu, sementara India terpaksa mempertegas pandangan bahwa SAARC perlu memperdalam kerjasamanya terlebih dahulu sebelum memikirkan tentang perluasan, India Abroad melaporkan.
Ini memperingatkan bahwa pengaruh Tiongkok yang terus tumbuh di kawasan Asia Selatan tidak dapat dielakkan lagi, meskipun seandainya India terus berupaya mengeluarkan Beijing dari SAARC. “Ironisnya, Tiongkok sudah meluaskan pijakannya di kawasan Asia Selatan, bahkan tanpa menjadi anggota SAARC, dan sepenuhnya dapat dibayangkan bahwa dalam waktu dekat, Tiongkok muncul sebagai mitra nomor satu bagi semua negara di kawasan tersebut di bidang perdagangan dan investasi.”
India Abroad membantah, bahwa peran Tiongkok di Asia Selatan memenuhi kepentingan jangka panjang India dalam meningkatkan keamanan wilayah, konektivitas dan globalisasi.
“Kenyataannya, semua negara yang mengelilingi India — berkisar dari Thailand di timur hingga Iran di barat — sudah akrab dengan strategi Jalan Sutera Maritim Tiongkok dan seharusnya menjadi pembuka mata,” India Abroad mengingatkan.
Tekad India membuat marah Tiongkok
Marah atas perlawanan India untuk meluaskan SAARC, think-tank Tiongkok pada 9 Desember menuduh India mencoba mempertahankan kekuasaannya di blok Asia Selatan, mengklaim India takut bahwa grup anti-India akan berkembang jika Tiongkok bergabung dalam organisasi itu, Press Trust of India [PTI] melaporkan.
Liu Zongyi dari Shanghai Institute of International Studies menuduh India berupaya mempertahankan supremasinya di kawasan itu, kata PTI.
“India bertujuan mengonsolidasikan supremasinya di Asia Selatan dan mencakup seluruh kawasan dalam lingkaran pengaruhnya, alih-alih mewujudkan pengembangan dan kesejahteraan bersama," Liu menyatakan.



Credit APDForum