Jumat, 19 Desember 2014

Ilmuwan LIPI Buat Baja Laterit


Ilmuwan LIPI Buat Baja Laterit  
Ilustrasi gedung LIPI. TEMPO/Aditia Noviansyah


CB, Jakarta - Para ilmuwan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia berhasil mengembangkan baja berbahan dasar nikel rendah. Meski berkadar rendah, baja ini diklaim lebih kuat ketimbang baja berkadar besi tingi.

“Disebut baja laterit,” kata Andika Widya Pramono, Kepala Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI, saat memaparkan penelitian tim ilmuwan di Gedung LIPI, Rabu, 17 Desember 2014.

Andika mengatakan, besar kandungan nikel baja laterit ini tak mencapai angka 3 persen yang biasa terdapat pada baja biasa. Kandungan nikel baja jenis ini hanya 0.8-1.5 persen dan bijih besinya sekitar 45 persen.

Selain menghasilkan kandungan nikel yang setara, dia menambahkan, jika kedua kandungan tersebut dilebur akan menghasilkan ketahanan melebihi baja biasa. Di antaranya, yaitu lebih tahan korosi dan perubahan cuaca, sifat las yang baik, serta tahan di temperatur minus derajat selsius.

Nikel, bahan dasar baja, diambil dari lapisan tanah bagian atas (limonit). “Selama ini lapisan tersebut dianggap kurang produktif,” ujar Andika. Namun jumlah ketersediaan nikel kadar rendah ini mencapai dua miliar ton.

Nikel limonit ini dapat dijumpai di beberapa pertambangan baja di Indonesia, seperti Kalimantan Tengah, Maluku Utara, dan Sulawesi Selatan. Jumlah tersebut, kata dia, dapat mencukupi permintaan baja nasional dalam beberapa ratus tahun ke depan. “Jika dimanfaatkan skala nasional, Indonesia dapat mandiri di sektor bahan baku baja.”

Baja ini sudah diujicoba sampai kelayakan proses pembuatan. Dalam ujicoba proses tersebut LIPI dibantu PT Indoferro sejak proses peleburan, pencetakan, hingga pembuatan lempengan baja. “Sudah layak diproduksi,” kata Andika. Untuk itu LIPI membutuhkan peran pemerintah dalam pengembangan sektor industri tersebut.

Yusuf, peneliti senior di Puslit Material LIPI, mencatat ada lima hal yang setidaknya dapat pemerintah lakukan dalam pengembangan baja laterit ini. Yakni, pengembangan penelitian; penyaiapan regulasi produksi; pelaksana produksi; pemasaran produk pengembangan; dan mendorong sinergi semua sektor pemerintah.

“Pembangunan infrastruktur nasional bisa menggunakan bahan baku baja laterit,” kata Yusuf kepada Tempo, di tempat yang sama. Berdasarkan ujicoba proses dan kelayakan tersebut, dia mengatatakan, baja laterit juga cocok digunakan sebagai bahan dasar alat utama sistem persenjataan nasional.


Credit TEMPO.CO