Dari tiga kemungkinan itu yang paling kuat dugaanya adalah longsor bawah laut.
CB,
JAKARTA -- Bencana alam gempa bumi kembali menyapa bumi Indonesia. Kini
masyarakat di Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah harus merasakan
guncangan kuat yang membuat bangunan runtuh dan merusak infrastruktur.
Bahkan gempa bumi ini tidak datang sendirian, tapi disertai oleh
tsunami, yang juga turut merenggut nyawa mereka. Tim Ekpedisi Palu Koro
yang terdiri dari berbagai elemen mencoba menganalisa, apa penyebab
tsunami ini terjadi.
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sukmandaru Prihatmoko yang
juga tergabung dalam Ekspedisi Paku Koro, menganalisis penyebab gempa
bumi yang terjadi di Palu adalah adanya aktivitas sesar geser Palu Koro.
Namun sebenarnya sesar Palu Koro ini kecil kemungkinan untuk dapat
menyebabkan tsunami. Bahkan pada aktivitas gempa dengan magnitudo
seperti saat ini.
"Kita belum memastikan penyebab
terjadinya tsunami di di sana tapi kami menganalisa setidaknya ada tiga
kemungkinan," jelas Sukmandaru, di Kantor Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB), Jakarta, Ahad (30/9).
Lanjut Sukmandaru,
pertama Sesar Palu Koro bergeser, dan memicu adanya longsor bawah laut.
Kemudian longsor ini membawa massa yaitu tanah atau batuan yang menimpa
air laut dan membuat tsunami. Kedua, patahan tersebut memicu bergeraknya
atau naiknya patahan di tempat lain dan diduga bisa terpicu penyebab
tsunami. Ketiga karena patahan
flower structure.
"Memang,
harusnya patahan ini bergeser biasa, tapi di satu titik di dasar laut,
ada titik yang berkumpul dan membuat pola seperti bunga. Sehingga
mendesak air di atasnya dan memicu tsunami," tambahnya.
Namun
dari tiga kemungkinan itu yang paling kuat dugaannya adalah adanya
longsor bawah laut. Bukan tanpa alasan, hal ini disebabkan oleh keruhnya
air laut ketika bencana ini datang. "Kalau tsunami yang di Teluk Palu
itu airnya keruh sekali. Sementara tsunami di Donggala lebih jernih.
Maka kemungkinan ada material yang longsor di dasar laut, mengotori air
dan terbawa ke daratan," terang Sukmandaru.
Menurut
Sukmandaru ada ada tiga jenis pergerakan lempeng. Pertama konvergen
yaitu antara lempeng saling bertabrakan. Kedua divergen dimana lempeng
saling berjauhan, dan ketiga transform atau sesar yang mana lempeng
hanya saling bergeser. "Tsunami di Donggala dan Palu kemungkinan karena
aktivitas lempeng saling bertabrakan," kata Sukmandaru.
Kemudian,
untuk gempa bumi di Donggala dan Palu terkait langsung dengan sesar
Palu Koro di luar 10 segmen yang sudah dipetakan. Pemetaan dan
penelitian yang lebih rinci harus dilakukan di eksistensi Sesar Palu
Koro bagian utara. Oleh karena itu, pihaknya berharap, sosialisasi
mitigasi harus lebih gencar dilakukan oleh semua pihak tentang rentannya
zona gempa sepanjang Palu Koro-Matano.