MOSKOW
- Sistem rudal pertahanan udara S-300 Rusia sudah rampung dikirim ke
Suriah. Pengiriman itu juga ditambahi dengan 49 unit perangkat keras
militer untuk rezim Damaskus.
Rampungnya pengiriman senjata pertahanan tersebut disampaikan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dalam pertemuan dengan Presiden Vladimir Putin pada hari Selasa (2/10/2018) petang waktu Moskow. Pemasangannya akan diselesaikan pada 20 Oktober mendatang.
"Mengenai sistem kontrol pertahanan udara terpadu, kami telah mulai mengirimkan peralatan dan akan sepenuhnya menyelesaikan semua pekerjaan pada persiapan dan pelatihan para kru, penciptaan satu jaringan pada 20 Oktober," kata Shoigu, seperti dikutip Sputnik, Rabu (3/10/2018).
Menurutnya, pengiriman sistem S-300 itu juga mencakup 49 unit perangkat keras militer. Tujuannya untuk meningkatkan keamanan personel militer Rusia yang bertugas di negara yang sedang dilanda perang tersebut.
"Kami telah menyelesaikan pengiriman sistem S-300, yang mencakup 49 unit peralatan— radar, naturally, sistem akuisisi target dasar, pos komando, serta empat peluncur," kata Shoigu.
Lebih lanjut, Shoigu mengatakan bahwa para ahli Rusia akan mengajarkan personel Suriah untuk mengoperasikan sistem pertahanan udara S-300 dalam waktu tiga bulan.
Menurut pejabat senior Moskow, Rusia telah meningkatkan kemampuan perang elektroniknya di Suriah dan memantau radius hingga 200 km (124 mil) dari tempat terjadinya serangan sebelumnya.
"Kami telah sangat memperkuat kemampuan peperangan elektronik. Kami mengirim peralatan tambahan di sana. Sebagai hasilnya, kami mengendalikan zona jarak pendek dalam radius 50 km dan zona jarak jauh—arah utama dari mana penyerangan dilakukan—dalam radius 200 km," kata Shoigu.
Rampungnya pengiriman senjata pertahanan tersebut disampaikan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dalam pertemuan dengan Presiden Vladimir Putin pada hari Selasa (2/10/2018) petang waktu Moskow. Pemasangannya akan diselesaikan pada 20 Oktober mendatang.
"Mengenai sistem kontrol pertahanan udara terpadu, kami telah mulai mengirimkan peralatan dan akan sepenuhnya menyelesaikan semua pekerjaan pada persiapan dan pelatihan para kru, penciptaan satu jaringan pada 20 Oktober," kata Shoigu, seperti dikutip Sputnik, Rabu (3/10/2018).
Menurutnya, pengiriman sistem S-300 itu juga mencakup 49 unit perangkat keras militer. Tujuannya untuk meningkatkan keamanan personel militer Rusia yang bertugas di negara yang sedang dilanda perang tersebut.
"Kami telah menyelesaikan pengiriman sistem S-300, yang mencakup 49 unit peralatan— radar, naturally, sistem akuisisi target dasar, pos komando, serta empat peluncur," kata Shoigu.
Lebih lanjut, Shoigu mengatakan bahwa para ahli Rusia akan mengajarkan personel Suriah untuk mengoperasikan sistem pertahanan udara S-300 dalam waktu tiga bulan.
Menurut pejabat senior Moskow, Rusia telah meningkatkan kemampuan perang elektroniknya di Suriah dan memantau radius hingga 200 km (124 mil) dari tempat terjadinya serangan sebelumnya.
"Kami telah sangat memperkuat kemampuan peperangan elektronik. Kami mengirim peralatan tambahan di sana. Sebagai hasilnya, kami mengendalikan zona jarak pendek dalam radius 50 km dan zona jarak jauh—arah utama dari mana penyerangan dilakukan—dalam radius 200 km," kata Shoigu.
Pengiriman
sistem rudal S-300 ini sebagai bagian dari tanggapan Rusia atas
jatuhnya pesawat Il-20 Rusia yang menewaskan 15 tentara Moskow di
Latakia. Pesawat itu tak sengaja ditembak jatuh oleh sistem rudal S-200
Suriah saat merespons serangan empat jet tempur F-16 Israel pada 17
September lalu. Moskow menuduh pilot Israel sengaja menggunakan pesawat
Il-20 sebagai perisai selama serangan mereka terhadap target di Suriah.
Credit sindonews.com