Selasa, 02 Oktober 2018

Rusia Miliki Pasukan Penerjun Payung Terbesar di Dunia, namun...



Pasukan payung Rusia VDV atau Vozdushno-desantnye voyska, pasukan dengan kekuatan satu korps dan beberapa divisi ini merupakan pasukan payung terbesar di dunia. VDV didirikan pada tahun 1930 dengan motto Nobody, but us. Pasukan ini kerap kali diterjunkan dalam pertempuran besar seperti perang Stalingrad, perang Afganistan, Chechnya dan Ukraina. VDV menggunakan baret berwarna biru terang sebagai simbol dari korps pasukan udara. pinterest.com
Pasukan payung Rusia VDV atau Vozdushno-desantnye voyska, pasukan dengan kekuatan satu korps dan beberapa divisi ini merupakan pasukan payung terbesar di dunia. VDV didirikan pada tahun 1930 dengan motto Nobody, but us. Pasukan ini kerap kali diterjunkan dalam pertempuran besar seperti perang Stalingrad, perang Afganistan, Chechnya dan Ukraina. VDV menggunakan baret berwarna biru terang sebagai simbol dari korps pasukan udara. pinterest.com

CB, Jakarta - Rusia memiliki jumlah pasukan penerjun payung terbesar di dunia. Mereka terlatih dengan baik dan dilengkapi dengan kendaraan udara berlapis baja serta senjata yang canggih. Akan tetapi koran pro pemerintah, Izvestia, melaporkan pasukan penerjun payung Rusia terlalu banyak dan tidak cukup pesawat yang dapat membawa mereka.
“Pada saat ini, terdapat dua divisi serangan udara dan dua divisi pengaturan di udara, empat brigade serangan udara, seorang komando, dan sejumlah unit dukungan dan pelatihan yang berada dalam komposisi Pasukan Udara Rusia,” tulis Ilya Kramnik, menurut sebuah terjemahan dalam OE Watch edisi September, majalah Kantor Studi Militer Luar Negeri Angkatan Darat AS.

Angkatan Udara Rusia saat ini hanya memiliki sekitar 120 pesawat angkut Il-76, yaitu setara dengan transportasi C-17 Angkatan Udara AS. Meskipun mempertahankan kekuatan udara yang multi-divisi, Rusia hanya dapat mengurangi satu divisi pada satu waktu. Masalah ini bahkan diakui pada masa Uni Soviet.
“Hal ini kemudian menimbulkan kegelisahan khususnya dalam hal efektivitas pengeluaran sumber daya anggaran, sementara dengan mempertimbangkan biaya tinggi peralatan parasut khusus dan pelatihan lompatan personil," ujar Kramnik.

Pertanyaan yang jelas lalu muncul: mengapa Rusia tidak memangkas jumlah pasukan penerjung payung untuk mencocokkan jumlah pesawat angkut? Terlebih lagi, pasukan udara telah melakukan beberapa pertempuran yang relatif sedikit sejak hari-hari kejayaan pada Perang Dunia II. Saat ini, mereka lebih mungkin digunakan sebagai infanteri ringan elit.

Jawabannya adalah politik. “Dengan mempertimbangkan struktur tentara Rusia yang telah berkembang dan bobot politik dari pasukan penerjung payung dalam komposisi mereka, kita perlu menyadari bahwa tidak mungkin siapa pun akan melakukan reformasi radikal seperti itu di masa mendatang,” Kramnik menyimpulkan.
Contoh yang terjadi di Rusia tidak berbeda di Amerika Serikat, ketika saran untuk menutup pangkalan militer atau melepaskan pembelian senjata yang kemudian menarik tentangan sengit dari legislator dan komunitas lokal. Di bawah Komunisme atau kapitalisme, politik tetap musuh yang paling tangguh daripada akal sehat.





Credit  tempo.co