Jumat, 05 Oktober 2018

Peretas Korea Utara Coba Bobol Bank Senilai Rp 16,7 Triliun


Juru kamera mengambil gambar lukisan Kim Il Sung dan Kim Jong Il di alun-alun utama Kim Il Sung di Pyongyang, Korea Utara, 10 September 2018. Potret Kim Jong Il dan Kim Il Sung tidak hanya di tempat umum seperti stasiun kereta api, rumah sakit, sekolah dan pabrik, tetapi juga terpasang di ruang pribadi seperti ruang tamu apartemen. REUTERS/Danish Siddiqui
Juru kamera mengambil gambar lukisan Kim Il Sung dan Kim Jong Il di alun-alun utama Kim Il Sung di Pyongyang, Korea Utara, 10 September 2018. Potret Kim Jong Il dan Kim Il Sung tidak hanya di tempat umum seperti stasiun kereta api, rumah sakit, sekolah dan pabrik, tetapi juga terpasang di ruang pribadi seperti ruang tamu apartemen. REUTERS/Danish Siddiqui

CB, Jakarta - Pemerintah Korea Utara menggunakan jaringan gelap pelaku kejahatan di dunia maya atau cyber crime yang dikenal sebagai APT38 untuk melakukan pencurian uang atas nama rezim Kim Jong Un. Menurut laporan terbaru dari pengawas keamanan dunia maya, jaringan peretas itu telah berupaya mencuri lebih dari  US$ 1,1 miliar atau setara dengan Rp 16,7 triliun pada bank-bank global dengan serangan yang sangat agresif.
FireEye, lembaga pemantau kejahatan cyber, mengatakan APT38 yang terbentuk pada 2014 telah melakukan operasi pencurian uang di sedikitnya 11 negara dan meraup lebih dari US$ 100 juta atau setara dengan Rp 1,5 triliun.

Pada Februari 2016, uang sebesar US$ 101 juta  atau setara dengan Rp 1,5 triliun secara curang ditransfer peretas dari rekening bank sentral Bangladesh di bank sentral New York dan akhirnya sampai ke Filipina.CNN melaporkan, aksi peretasan Pyongyang yang semakin berani di dunia maya muncul bersamaan dengan program rudal balistik dan nuklir yang sedang berkembang pesat.

Para pejabat militer senior menonton pawai ketika potret pemimpin Korea Utara Kim Il Sung dan Kim Jong Il terlihat di latar belakang di alun-alun utama Kim Il Sung di Pyongyang, Korea Utara, 9 September 2018. Dua potret raksasa mendiang pempimpin Korut ini menjadi pemandangan yang sering dijumpai di setiap sudut ibu kota Pyongyang. REUTERS/Danish Siddiqui
Pemerintahan Donald Trump telah menegaskan bahwa mereka tidak akan mengangkat sanksi ekonomi yang telah dijatuhkan kepada Korea Utara sampai denuklirisasi tercapai. Hal ini kemudian mendorong Pyongyang untuk mempertimbangkan sumber-sumber alternatif untuk pendapatan mereka.

"Korut yang terkena sanksi dan kekurangan pendapatan rupanya meyerang dari dunia maya untuk menghasilkan dana gelap dari pembayaran uang tebusan, pertukaran mata uang, dan transfer antar bank," ujar Yayasan Pertahanan Demokrasi dalam pernyataannya.
Menurut Samantha Ravich, penasihat senior dan peneliti utama dari proyek Perang Ekonomi di Dunia Maya,Korea Utara juga dapat menggunakan kemampuan di dunia mayanya untuk menyerang ekonomi AS.
"Sekarang Korea Utara memiliki salah satu operasi di dunia maya yang paling mumpuni dan agresif. Menghadapi sanksi ekonomi AS yang kuat, Pyongyang dapat mempertimbangkan menggunakan kemampuan di dunia mayanya untuk menyerang ekonomi AS," kata Ravich.

Para periset menemukan peretas yang bertanggung jawab atas kejahatan cyber crime pencurian uang dengan hati-hati mengalihkan sinyal mereka melalui Prancis, Korea Selatan dan Taiwan untuk menyiapkan server serangan mereka. Tetapi mereka membuat kesalahan parah dengan membentuk koneksi ke Korea Utara.



Credit  tempo.co