Ilustrasi. (REUTERS/Bassam Khabieh)
Rusia yang merupakan sekutu rezim berkuasa Suriah, Bashar Al-Assad mulai melakukan serangan ke negara itu pada 30 September 2015. Serangan tersebut merupakan bentuk dukungan kepada Bashar Al-Assad yang kekuasaannya digoyang oleh kelompok oposisi dan pemberontak.
Dikatakan SOHR serangan militer Rusia itu telah membunuh 18.096 orang.
"Jumlah itu termasuk 7.988 penduduk sipil atau hampir setengah dari total korban," kata Ketua SOHR Rami Abdel Rahman.
"Jumlah itu termasuk 7.988 penduduk sipil atau hampir setengah dari total korban," kata Ketua SOHR Rami Abdel Rahman.
Korban Rusia yang lain seperti dicatat SOHR berasal dari para pejuang ISIS dengan jumlah 5.233 orang tewas. Sisanya adalah para kelompok pemberontak, islamis, dan jihadis.
Sejumlah kelompok hak asasi manusia dan negara-negara Barat kerap mengkritik serangan udara Rusia yang disebut menyerang target tanpa pandang bulu, termasuk target infrastruktur sipil dan rumah sakit.
White Helmets, organisasi relawan kemanusiaan yang beroperasi di kantong-kantong wilayah oposisi mengatakan dalam sebuah laporan yang dirilis Minggu bahwa mereka telah berulang kali melakukan penyelamatan terhadap serangan Rusia di gedung-gedung sipil sejak 2015.
Tempat-tempat yang menjadi korban bom militer Rusia itu di antaranya 19 sekolah, 12 pasar, 20 fasilitas medis serta 21 posko penyelamatan milik White Helmets sendiri.
"Rusia telah menunjukkan sikap abai terhadap sejumlah kesepakatan mereka terhadap zona aman, zona bebas konflik, gencatan senjata, dan zona de-eskalasi, dengan cara melanjutkan serangan udara mereka ke ruang-ruang sipil," demikian pernyataan White Helmets.
Rusia memiliki sebuah pangkalan angkatan laut di Provinsi Tartus pesisir Suriah sejak beberapa dekade lalu, namun mereka memperluas wilayah operasinya hingga ke pangkalan udara Hmeimim pada 2015. Rusia juga menempatkan pasukan khusus dan polisi militer di sejumlah wilayah yang dikuasai pemerintah Suriah.
Serangan Rusia berperan penting dalam membantu militer pemerintah Suriah mengambil alih sejumlah wilayah yang sempat dikuasai pemberontak, termasuk dalam merebut kembali kota Aleppo pada 2016 dan daerah sekitar Damaskus.
"Rezim (Assad) hanya menguasai 26 persen teritori Suriah, namun saat Rusia mengintervensi kini menjadi dua per tiga," kata Abdel Rahman.
Selain pasukan udara Rusia dan Suriah, pesawat tempur dari koalisi pimpinan AS yang memerangi ISIS juga telah melakukan serangan bom di Suriah sejak September 2014.
Pekan lalu, SOHR mengatakan bahwa serangan udara koalisi pimpinan AS di Suriah telah menewaskan lebih dari 3.300 warga sipil sejak aliansi tersebut memulai operasi melawan ISIS.
Credit cnnindonesia.com