Pengkhianatan itu berkaitan dengan wawancara dengan surat kabar Dawn
CB,
LAHORE -- Dua mantan perdana menteri Pakistan (PM), yaitu Nawaz Sharif
dan Shahid Khaqan Abbasi, yang menghadapi tuduhan berkhianat, muncul di
pengadilan bersama seorang wartawan terkemuka pada Senin (8/10). Mereka
dihadirkan untuk mendengarkan keputusan apakah mereka harus diadili.
Persidangan ditunda hingga 22 Oktober. Perkara pengkhianatan itu
berkaitan dengan wawancara Sharif dengan surat kabar berbahasa Inggris,
Dawn.
Dalam
wawancara itu, Sharif dikutip saat mengungkapkan dugaan bahwa negara
Pakistan memainkan peranan dalam serangan militan di kota India, Mumbai,
pada 2008. Serangan itu menewaskan 166 orang.
India
berkali-kali menyuarakan tuduhan bahwa badan intelijen Pakistan membantu
kelompok militan Lashkar-e-Taiba (LeT) melakukan serangan itu. Pakistan
membantah terlibat.
Namun, kelambanan Pakistan dalam
bertindak terhadap para pemimpin LeT masih menjadi halangan utama untuk
meningkatkan hubungan antara kedua negara, yang sama-sama memiliki
senjata nuklir itu.
Asisten editor
Dawn yang
melakukan wawancara tersebut, Cyril Almeida, terancam ditangkap jika ia
tidak muncul di pengadilan. Almeida sudah diperintahkan untuk dilarang
meninggalkan Pakistan.
Sementara itu, perintah penangkapan
maupun larangan bepergian atas Almeida sudah dicabut pada Senin (8/10).
"Pengadilan telah mencabut namanya dari (daftar pengawasan
keberangkatan), mencabut perintah penangkapan terhadapnya serta
memerintahkan kami untuk menyampaikan jawaban pada 22 Oktober," kata
pengacara Almeida, Ahmad Rauf, kepada
Reuters.
Sharif
dicopot dari jabatannya tahun lalu oleh Mahkamah Agung atas tuduhan
korupsi. Ia awal tahun ini dijatuhi hukuman penjara 10 tahun.
Abbasi
menggantikan Sharif,, sang pemimpin partainya sebagai perdana menteri
sebelum pemilihan yang dilangsungkan awal tahun ini memunculkan mantan
bintang kriket Imran Khan ke kursi kekuasaan.
Sharif telah
membantah melakukan kesalahan dan ia menuduh militer memanfaatkan
pengadilan untuk menggerakan pemecatan terhadap dirinya serta menggoyang
partai Liga-Nawaz Muslim Pakistan untuk membuka jalan bagi kemenangan
Khan. Baik militer maupun Khan membantah tuduhan itu.