Pengunjuk rasa yang menentang pelarangan parpol di Hong Kong oleh China (REUTERS/Bobby Yip)
Protes ini terjadi setelah Hong Kong melarang partai pro kemerdekaan di wilayah itu. Alasannya, partai itu mengancam keamanan nasional. Hal ini merupakan kali pertama diberlakukannya pelarangan partai politik di kawasan itu sejak 1997.
Munculnya gerakan kemerdekaan yang menyerukan Hong Kong untuk memisahkan diri dari China telah membuat Beijing marah karena hal itu menekan pentingnya integritas teritorial dan menyebabkan tindakan keras terhadap politik.
Pemimpin aktivis pro-demokrasi, Joshua Wong mengatakan bahwa dirinya takut partainya, Demosisto menjadi partai yang dilarang berikutnya karena mempromosikan penentuan nasib untuk Hong Kong.
Salah satu kandidat Demosisto sudah dilarang ikut pemilu baru-baru ini.
"Kita perlu melindungi dan membela kebebasan berserikat di Hong Kong," kata Wong kepada AFP.
Unjuk rasa pro-demokrasi ini diadakan setiap 1 Oktober yang menandai pembentukan partai komunis dari Republik Rakyat China.
Hong Kong memiliki hak kebebasan berpendapat tetapi mereka juga memiliki kekhawatiran yang semakin meningkat bahwa hak itu mulai berkurang.
Ada juga kekhawatiran bahwa kota itu akan memperkenalkan Undang-Undang Anti Subversi kontroversial yang dirancang untuk melindungi keamanan nasional China dan berpotensi adanya risiko lebih lanjut.
Kritikan Demonstran
"Mereka berbicara mengenai keamanan nasional, tetapi bagaimana dengan keamanan kami? mereka tidak peduli tentang itu," kata Miss Hau, seorang pekerja kantoran dengan nama samaran.
"Hari ini mereka mengatakan kami tidak dapat berbicara mengenai si A, tetapi mereka mengatakan jika kami tidak dapat berbicara mengenai B, dan pada akhirnya kami tidak akan berbicara tentang apapun," kata dia kepada AFP.
Pemimpin Hong Kong, Carrie Lam mengatakan dalam sebuah pidato resmi bahwa Hong Kong harus menegakkan kedaulatan, keamanan, dan pengembangan kepentingan China.
Pada bulan lalu, adanya pembukaan rel kereta api berkecepatan tinggi bernilai miliaran dollar ke daratan.
Sebuah jembatan besar yang tertunda antara Hong Kong dan China Selatan akan dibuka akhir bulan ini.
Meskipun, banyak ketidakpuasaan warga China yang terus meningkat. Jumlah yang hadir di demonstrasi
Seorang mahasiswa, Yuet Wong, 21, mengatakan ada rasa tidak berdaya di kalangan anak muda terutama setelah adanya diskualifikasi legislator pro demokrasi terpilih, tetapi mengatakan bahwa dia masih termotivasi untuk keluar.
"Bahkan jika kami tidak dapat mencapai sesuatu dengan segera, kami ingin menunjukkan kepada pemerintah bahwa kami tidak akan dikompromikan dan tidak akan diam," katanya kepada AFP.
Credit cnnindonesia.com