Menteri Luar Negeri Qatar, Abdulrahman
Al-Thani, mengatakan bahwa pemutusan hubungan diplomatik oleh sejumlah
negara Teluk mempersulit upaya global untuk melawan ISIS di kawasan.
(Reuters/Naseem Zeitoon)
“Pemblokiran akses darat dan udara bagi Qatar benar-benar merongrong upaya global melawan ISIS di Irak dan Suriah,” kata Al-Thani dalam sebuah wawancara dengan CNBC yang dikutip AFP, Rabu (18/10).
Sejak awal Juni lalu, sejumlah negara Teluk, seperti Arab Saudi, Bahrain, dan Mesir memutus hubungan diplomatik dan segala akses perhubungan dengan Qatar, yang dianggap mendukung aktivitas terorisme dan ekstremisme di kawasan.
Blokade tersebut mempengaruhi aktivitas pasukan militer asing seperti Amerika Serikat yang memiliki pangkalan militer di Qatar, tepatnya di Al-Udeid.
Pangkalan itu merupakan markas terbesar AS di kawasan yang menampung 11 ribu personel militer dalam upaya pemberantasan ISIS di Timur Tengah selama ini.
Selain itu, dia juga mengatakan pengucilan itu membuat Qatar tidak bisa memaksimalkan sekitar 90 persen wilayah perbatasannya sebagai pemasok medis dan pangan bagi tentara koalisi AS yang terlibat dalam perang melawan ISIS di Timur Tengah.
“Sekarang pesawat militer Qatar yang selama ini memasok dukungan logistik terhadap koalisi AS di Timur Tengah pun hanya bisa menggunakan satu jalur, yakni melalui jalur utara dengan melewati Iran,” ucap Al-Thani seperti dikutip AFP.
Akibat kisruh Riyadh Cs dan Doha ini pun, pada Juni lalu, pasukan Qatar yang selama ini bertugas di Bahrain bersama Komando Pasukan Angkatan Laut AS (NAVACENT), diperintahkan keluar dari negara itu.
Sejak lama, militer Qatar bertugas di Bahrain bersama Komando Pasukan Angkatan Laut AS (NAVACENT), komando pusat militer AS yang beroperasi di wilayah Asia dan Timur Tengah.
Credit cnnindonesia.com
Qatar akan Ikut Bantu Rohingya
Emir Qatar Syekh Tamim bin Hamad Al Thani mengatakan, pihaknya membahas sejumlah isu di luar kerja sama dalam perdagangan dan investasi. Salah satunya dalam menyelesaikan persoalan kemanusiaan Rohingya di Myanmar.
"Indonesia merupakan negara yang sangat penting baik di dunia Islam, kami juga berbicara tentang isu rohingya terkait tentang perlunya solusi di mana Qatar akan berperan memberikan bantuan bantuan kemanusiaan dan untuk meminta Pemerintah Myanmar menyelesaikan persoalan ini dengan baik," kata Syekh Tamim, Rabu (18/10).
Selain itu, Syekh Tamim dan Joko Widodo (Jokowi) juga membahas terkait blokade yang menimpa Qatar dan efek kemanusiaan terhadap bangsa Qatar secara khusus ataupun bangsa-bangsa di negara-negara Teluk secara umum.
Pemerintah Qatar telah menyampaikan ke sejumlah pihak untuk siap dan bersedia melakukan pembahasan guna mencari solusi damai atas hal ini. "Qatar terbuka untuk membuka ruang negosiasi, ruang diskusi, bersama dengan seluruh pihak dan khususnya untuk memberikan penghormatan untuk kedaulatan semua negara," ujarnya.
Credit REPUBLIKA.CO.ID
Qatar Beri Bantuan untuk Rumah Sakit Gaza
Dilansir dari Middle East Monitor, Rabu (18/10), QRCS
mengatakan hibah ini merupakan bagian dari rencananya mendukung dan
mengembangkan layanan kesehatan di beberapa daerah yang kekurangan
sumber daya material dan manusia di Jalur Gaza.
Hibah tersebut diimplementasikan di bawah koordinasi dengan
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza. "Departemen kardiologi di Rumah
Sakit Nasser adalah pusat penyakit jantung di gubernur selatan Jalur
Gaza, melayani 650 ribu orang," kata Kepala Departemen Montaser Ismail.
Dia mengatakan departemen tersebut merawat 150-200 pasien sebulan.
Direktur Rumah Sakit NasserAyman Al-Farra mengatakan dana tersebut akan
membantu meningkatkan kapasitas menjadi 52 tempat tidur, memperbaiki
layanan diagnostik dan membantu mengurangi tagihan transfer pasien untuk
perawatan di luar negeri.
Credit REPUBLIKA.CO.ID