Portal Berita Tentang Sains, Teknologi, Seni, Sosial, Budaya, Hankam dan Hal Menarik Lainnya
Senin, 07 November 2016
AW139 Basarnas Paling Canggih, Yuk Kita Intip Dalamnya
Heli AW139 Basarnas saat menjalani uji coba penerbangan di Milan, Italia. Sumber gambar: Cahyo Wibowo
Kalau ada helikopter yang masuk katagori paling canggih di
Indonesia, maka AgustaWestland AW139 milik Basarnas adalah salah
satunya. Dikatakan paling canggih karena selain telah menggunakan
avionik digital dan dilengkapi sistem kendali empat sumbu otomatis, heli
ini juga dilengkapi peralatan pendukung seperti penjejak infra merah
FLIR Star SAFIRE 380-HDc dan searchlight TrakkaBeam A-800.
Di Basarnas sendiri, dibandingkan dengan heli Dauphin AS365N3+, lompatan teknologi AW139 terbilang cukup jauh. AW139 sudah fully integrated 4-axis autopilot. Secara ekstrem dapat dikatakan, AW139 bisa terbang dan mendarat sendiri hanya dengan memasukkan data flight plan. Pilot pun dapat membiarkan heli terbang diam (hovering)
secara otomatis. Pada saat kondisi darurat, pilot bisa menset kemampuan
ini dan beranjak ke kabin untuk membantu pertolongan udara. Heli AW139 basarnas di Apron Hanggar Indopelita, Pondok Cabe. Sumber gambar: Suharso Rahman
Kepala Badan SAR Nasional (Kabasarnas) Marsdya TNI FHB Soelistyo pada
saat heli AW139 dengan nomor registrasi HR-1301 ini diluncurkan
penggunaanya 28 Februari 2016 bertepatan dengan HUT Basarnas di Buperta
Cibubur mengatakan, AW139 menjadi kekuatan baru Basarnas yang akan hadir
ke berbagai pelosok dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Dalam
peluncuran tersebut, Kabasarnas didampingi antara lain oleh Panglima
TNI, Dubes Italia untuk Indonesia, perwakilan dari Kementerian
Perhubungan, DPR RI, serta sejumlah gubernur di Indonesia. Kokpit AW139 basarnas dengan konfigurasi full glass cockpit. Sumber gambar: Suharso rahman
Soelistyo menegaskan, Basarnas terus berkomitmen melaksanakan operasi
SAR yang efektif, efisien, cepat, andal, dan aman. Itu pula sebabnya
mengapa Basarnas butuh helikopter yang pas dan sesuai kemampuan, yakni
AW139. “Basarnas membutuhkan helikopter AW139 untuk operasi penyelamatan
yang semakin meningkat, terutama untuk operasi SAR di medan atau di
daerah yang sulit dijangkau,” kata Soelistyo. Kapasitas besar
Ditengok dari sisi kapasitas, AW139 yang masuk heli katagori kelas
medium memiliki kemampuan angkut yang besar. Heli mampu membawa 15
penumpang dan dua pilot. Dalam konfigurasi medis udara, heli mampu
membawa empat tandu pasien (stretcher) dan empat kru medis. Sementara Dauphin hanya mampu membawa dua pilot dan 12 penumpang. Atau dua pilot, dua tandu, dan satu personel medis. Kabin heli AW139 Basarnas mampu membawa empat tandu dan empat personel medis. Sumber gambar: Cahyo Wibowo
Ruang kabin AW139 cukup lapang dan dirancang agar personel mudah
melakukan pergerakan. Ini terlihat dari panel-panel yang sangat kompak
dan tidak membuat sempit ruangan. Dari sisi kenyamanan, standar AW139
sudah dilengkapi pendingin udara (AC). Sementara heli lainnya masih
mengandalkan kipas angin.
Pintu geser pada kabin AW139 juga terbilang lebar. Hal ini memberikan
keleluasan bagi pergerakan loading maupun unloading. Uniknya, di bagian
belakang AW139 juga terdapat ruang bagasi yang cukup besar dimana
terdapat pula pintu di bagian belakang untuk memasukkan atau menurunkan
bagasi. Perangkat hoist untuk mendukung proses operasi SAR. Sumber gambar: Suharso Rahman
Beranjak ke mesin, AW139 menggunakan dua mesin Pratt & Whitney Canada PT6C turboshaft dengan sistem kontrol FADEC (full authority digital engine control) yang terbilang handal. Masing-masing mesin menghasilkan tenaga 1.531 HP.
AW139 mampu terbang hingga ketinggian 20.000 kaki. Bila satu mesin
mati, heli masih tetap bisa beroperasi dan bahkan melakukan hovering
pada ketinggian 12.000 kaki. Kemampuan ini jelas yang tertinggi
dibandingkan helikopter lain di jajaran Basarnas. Main rotor heli AW139 terdiri dari lima bilah baling-baling utama berbahan komposit dan hub berbahan titanium. Sementara pada bagian ekor, baling-baling hanya berjumlah empat dengan bahan material yang sama. Tampak depan heli AW139 Basarnas di Hanggar Indopelipta, Pondok Cabe, Tangerang Selatan. Sumber gambar: Cahyo Wibowo
Dengan gabungan mesin dan konfigurasi lima baling-baling utama, AW139
mampu digeber hingga kecepatan 310 km/jam. Jarak jelajah terbang heli
ini mencapai 1.250 km 9pada kecepatan 306 km/jam) dan lama terbang
mencapai enam jam.
Untuk roda pendarat, W139 menggunakan tiga roda yang dapat dilipat.
Dua roda utama disimpan di bagian sponson yang juga berfungsi sebagai
ruang untuk menyimpan perangkat emergensi. FLIR 380
Sedikit mengenai kemampuan FLIR Star SAFIRE 380-HDc, di Indonesia
FLIR ini merupakan yang tercanggih, bahkan dibandingkan dengan FLIR yang
digunakan pada heli H225M Cougar maupun heli Bell 412EP TNI AD. FLIR Star SAFIRE 380-HDc di hidung heli AW139 Basarnas. Sumber gambar: Roni Sontani
Star SAFIRE 380-HDc mampu menyajikan gambar dan video yang jernih dan antigoyang pada jarak deteksi yang cukup jauh secara realtime. Perangkat ini terdiri dari tiga bagian yakni Turret FLIR Unit (TFU), Universal Hand Control Unit (UHCU), dan Laser Interlock Unit (LIU). Sistem FLIR 380-HDc dirancang secara khusus untuk penggunaan airborne atau dalam penerbangan, meskipun bisa digunakan pula pada kondisi yang lain.
SAFIRE 380-HDc dilengkapi sensor HD EO (High Definition Electro-Optic) terdiri dari sensor primer dan sekunder, kemudian sensor Short-Wave Infra-Red (SWIR), sensor High Definition Low Light (HD LL), dan Communications Interface Options.
Sensor-sensor tersebut bekerja sesuai kondisi yang dihadapi. Misal
SWIR, dapat digunakan untuk mendeteksi lebih detail huruf dan warna pada
ekor pesawat atau tulisan di kapal pada kondisi cuaca yang buruk.
Sensor ini juga dapat mengdeteksi nomor kendaraan yang sedang melaju
kencang di jalan raya.
Perangkat FLIR ini dilengkapi dengan searchlight TrakkaBeam A-800 untuk memudahkan pencarian objek SAR terutama pada malam hari atau kondisi cuaca yang gelap. Lampu pencarian atau searchlight trakkabeam pada heli AW139 Basarnas. Sumber gambar: Suharso Rahman770 unit
Sejak diperkenalkan tahun 2003 dan mulai diproduksi sejak 2005,
hingga saat ini AW139 tercatat telah dibuat sebanyak 770 unit. AW139
dioperasikan oleh satuan-satuan militer di 16 negara dan oleh
instansi-instansi sipil di 23 negara. Heli ambulance AW139 New South Wales, Australia. Sumber gambar: wikipedia
Kesuksesan AW139 dalam produksi dan penggunaannya di berbagai negara
ini menjadi cerminan kalau heli ini merupakan heli tangguh. Dua negara
adidaya, AS dan Rusia, yang masing-masing telah mampu membuat helikopter
sendiri pun, turut berkolaborasi memroduksi AW139. Di AS heli AW139
dibuat di Philadelphia, sementara di Rusia di buat di Tomilino, Moskow.
Indonesia menjadi salah satu negara yang mengoperasikan heli AW yang
dari sisi performa sangat bagus, namun kadang kalah pamor karena belum
banyak orang tahu tentang heli ini. Selain itu di Indonesia pun masalah
harga selalu menjadi sorotan karena pada umumnya pembelian barang dengan
harga mahal akan diperdebatkan tanpa membandingkan masalah kelengkapan
dan keunggulan performa. Beli apapun yang pertama ditanya adalah soal
harga. Sementara beli alutsista dengan harga murah biasanya didapat
dalam bentuk hibah. Tim Rescuer Basarnas tengah berlatih dengan heli AW139. Sumber gambar: Dok. Basarnas
Selain Basarnas, beberapa perusahaan swasta di Indonesia turut mengoperasikan heli AW termasuk heli untuk pengangkutan VVIP/VIP.
Basarnas dan Leonardo induk perusahaan AgustaWestland telah
bersepakat menunjuk PT Indopelita untuk perakitan, perawatan, dan
pengintegrasian sistem AW139. Satu unit AW139 untuk Basarnas dikirimkan
ke Indonesia pada akhir tahun 2015 dan kemudian dirakit di Indopelita
pada akhir Januari 2016 selama dua minggu hingga berhasil diujiterbang
ulang. Heli AW139 dipamerkan dalam ajang Indo Defence 2016 di Kemayoran, Jakarta Pusat. Sumber gambar: Roni Sontani
AgustaWestland juga telah mengirimkan pilot-pilot dan teknisi TNI AU
yang mengoperasikan heli AW139 Basarnas ke Italia beberapa waktu lalu.
Pihak AW juga mendatangkan pilot dan teknisinya ke Indonesia untuk
memberikan supervisi dan pelatihan. Sebagaimana diketahui, untuk
pengoperasian AW139, Basarnas bekerja sama dengan TNI AU khususnya Lanud
Atang Sendjaja, Bogor.