Perusahaan militer
asal Jerman Rheinmetall Defence meluncurkan prototipe senjata yang
dirancang khusus untuk menghancurkan tank T-14 Armata dan modifikasi
terbaru T-90.
Presiden Rusia Vladimir
Putin (kiri) mendengarkan Andrei Terlikov, Kepala Biro Desain
Ulravagonzavod, saat keduanya mengecek kendaraan tempur infanteri dengan
Platform Tempur Universal Armata dan tank tempur utama T-14 Armata di
pabrik Uralvagonzavod di kota Nizhny Tagil, 25 November 2015.
Sumber: Reuters
Demonstrasi teknis senjata ini pertama kali diadakan pada Mei 2016 lalu. Situs HIS Jane’s 360 menyebutkan, kemampuan senjata itu mulai diuji di lapangan tembak Rheinmetall usai dipamerkan pada Pameran Pertahanan dan Keamanan Internasional Eurosatory 2016.
Saat ini, Rheinmetall Defence tengah sibuk menciptakan proyektil khusus penembus perisai untuk senjata ini. Menurut keterangan perusahaan, senjata ini dilengkapi dengan sistem peluncur yang disempurnakan dan inti wolfram atau tungsten yang diperpanjang.
Meski begitu, para pakar Rusia berpendapat bahwa kemampuan senjata tersebut mustahil untuk dievaluasi sebelum uji coba proyektil dilaksanakan.
Barat Ingin Saingi Armata
Jerman mulai mempertimbangkan memodernisasi tank Leopard 2 setelah Rusia memamerkan platform tempur “Armata” dan tank T-14 yang dibuat berdasarkan platform itu. Kendaraan tempur terbaru milik Rusia ini mampu bertahan dan memiliki potensi tempur lebih unggul daripada tank buatan negara-negara lain.Kini, berlatar belakang persiapan pemasokkan T-14 ke dalam barisan tentara Rusia, Prancis dan Jerman menggelar pembicaraan bilateral yang tidak hanya membahas mengenai pengembangan senjata artileri generasi terbaru, tapi juga rencana penggantian tank kelas berat jenis “Leopard” dan “Leclerc”.
Sebelumnya, sebagaimana yang dilaporkan majalah urusan luar negeri AS National Interest, para ahli militer menunjukkan bahwa tank “Leopard 2” milik Jerman, yang dianggap sebagai salah satu tank terbaik di dunia, nyatanya tidak memiliki proyektil yang mampu menembus lapis baja tank T-80, T-90 dan T-14 “Armata” buatan Rusia.
Namun, Jerman kini tengah bekerja secara aktif untuk mengatasi masalah tersebut, baik dengan mengadaptasikan proyektil-proyektil buatan Amerika pada tank-tank mereka maupun dengan mengembangkan amunisi uranium terdeplesi (uranium yang mempunyai kadar isotop U235 yang lebih rendah dari uranium alam -red.) mereka sendiri, tulis National Interest.
Belum Tentu Efektif
Meskipun Rheinmetall Defence menghadirkan senjata terbarunya sebagai perangkat militer untuk melawan platform “Armata” milik Rusia, hingga kini belum diketahui apakah senjata tersebut benar-benar dapat secara efektif melawan teknologi terbaru buatan Rusia.“Senjata 130 mm terbaru milik Jerman sedang dalam proses pembangunan dan belum diketahui apakah senjata tersebut memang benar-benar mampu menembus lapis baja tank Rusia,” kata Pemimpin Redaksi majalah National Defense Igor Korotchenko dalam wawancaranya dengan RBTH.
Korotchenko menekankan bahwa saat ini proyektil senjata yang dimaksud belum diciptakan. Pemberitaan mengenai keunggulannya terhadap tank Rusia tak lebih sebagai upaya produsen untuk mengiklankan produknya.
Menurut salah satu narasumber RBTH, para ahli di kompleks industri militer belum memberikan keputusan akhir mengenai senjata baru buatan Jerman tersebut. “Saat ini, kami telah mengirimkan perwakilan kami untuk melakukan tinjauan,” kata narasumber.
Pada April 2016, Kementerian Pertahanan Rusia telah menandatangani kontrak pembelian seratus unit tank dengan platform “Armata”. Menurut Direktur Umum perusahaan Ulravagonzavod Vyacheslav Khalitov, angkatan bersenjata Rusia akan menerima seri pertama yang terdiri dari seratus unit tank T-14 pada 2017 – 2018 mendatang.
Credit RBTH Indonesia