Selasa, 08 Mei 2018

Radioaktif Hilang, Universitas di Amerika Serikat Akan Didenda


Sebuah tanda bahaya radiasi radioaktif di Danau Karachay, Rusia. Di danau ini terdapat zat berbahaya seperti Strontium-90 dan Cesium-137, yang kadarnya dapat meracuni dan membunuh manusia yang berdiri di tepi danau tersebut selama satu jam. tumblr.com
Sebuah tanda bahaya radiasi radioaktif di Danau Karachay, Rusia. Di danau ini terdapat zat berbahaya seperti Strontium-90 dan Cesium-137, yang kadarnya dapat meracuni dan membunuh manusia yang berdiri di tepi danau tersebut selama satu jam. tumblr.com

CB, Jakarta - Insiden berbahaya terjadi di Idaho State University atau ISU di Amerika Serikat, setelah pihak universitas mengaku kehilangan sejumlah kecil bahan radioaktif yang dapat digunakan membuat bom.
Komisi Regulasi Nuklir Amerika Serikat atau NRC, pada Jumat, 4 Mei 2018, mengusulkan denda sebesar US$ 8,500 atau sekitar Rp 118 juta karena menemukan universitas itu kehilangan sampel plutonium beberapa saat setelah diambil pada 2003.


Universitas Idaho kehilangan radioaktif untuk bahan bom. [Daily Mai]
Para pejabat mengatakan jumlahnya terlalu kecil untuk membuat bom nuklir tetapi bisa digunakan untuk membuat bom berdaya ledak rendah untuk menyebarkan radiasi.
"NRC menganggap hilangnya bahan radioaktif berlisensi merupakan masalah regulasi yang signifikan. Hal itu berpotensi memiliki resiko tinggi terkait penguasaan atau penggunaan ilegal bahan radioaktif yang paparan radiasinya membahayakan anggota masyarakat ," demikian pernyataan NRC, seperti dilansir Daily Mail pada 4 Mei 2018.
Program penelitian nuklir universitas mengatakan berdasarkan dokumen 2003 dan 2004 menunjukkan plutonium berada di kampus tersebut, tetapi pencarian yang dilakukan pada Oktober 2017 gagal menemukannya.

Universitas di Pocatello, Idaho, bakal didenda Rp 118 juta karena kehilangan material radioaktif. [Daily Mail] Read more: http://www.dailymail.co.uk/news/article-5692507/Idaho-school-small-bit-weapons-grade-plutonium.html#ixzz5Ed6U2um6 Follow us: @MailOnline on Twitter | DailyMail on Facebook
Dalam sebuah pernyataan, Andrew Taylor, juru bicara universitas, mengatakan, sampel tersebut dilaporkan diambil dari penggunaan penelitian aktif pada 2003 setelah sekolah menemukan kebocoran dan dijadwalkan pembuangannya.

"Peningkatan sistem inventarisasi ISU dan inisiatif administratif lainnya segera diberlakukan untuk mencegah insiden terulang di masa depan," kata Taylor.
NRC menyelidiki ISU pada 2010 setelah dua sampel plutonium lainnya hilang dan ditemukan di lemari besi. ISU kemudian membeli brankas baru dan menerapkan prosedur pengawasan baru. ISU memiliki 30 hari untuk mengajukan banding atas putusan itu.




Credit  tempo.co