SYDNEY
- Para ahli penerbangan meyakini misteri di baliknya hilangnya pesawat
Malaysia Airlines MH370 secara misterius dalam penerbangan Maret 2014
silam merupakan operasi pembunuhan massal yang sangat terencana.
Indikasinya, militer Malaysia tidak melakukan operasi intersepsi atau
pencegatan saat pesawat terakhir kali terdeteksi.
Para ahli menyalahkan sang pilot, Kapten Zaharie Ahmad Shah, sebagai pihak yang paling bertanggung jawab.
Program investigasi "60 Minutes" dari Nine News di Australia yang ditayangkan Minggu malam menampilkan panel ahli penerbangan yang bekerja untuk menentukan apa yang menyebabkan pesawat MH370 jatuh.
Sejak Maret 2014 dunia telah mempertanyakan bagaimana sebuah pesawat Boeing 777 yang membawa 239 orang menghilang ke udara dalam perjalanan dari Kuala Lumpur ke Beijing. Dari ratusan orang itu, beberapa di antaranya adalah penumpang asal Indonesia.
Banyak puing telah ditemukan tapi tak dianggap terkait dengan pesawat MH370. Kini, para ahli mengklaim sudah memiliki jawaban dari misteri tragedi MH370.
Larry Vance, mantan penyelidik senior dari Dewan Keselamatan Transportasi Kanada, mengatakan kepada program berita Australia mengatakan bahwa dia tahu apa yang terjadi dengan pesawat itu.
"Saya pikir masyarakat umum dapat merasa nyaman dengan fakta bahwa ada konsensus yang berkembang di saat-saat akhir pesawat," katanya.
Panel ahli percaya bahwa pria di kokpit, yakni Kapten Zaharie Ahmad Shah, bertanggung jawab penuh dalam insiden tersebut. Mereka setuju bahwa pilot "bunuh diri" dan membawa pesawat ke tempat paling terpencil yang bisa dia lakukan sehingga "menghilang".
Pilot dan instruktur Boeing 777 Simon Hardy mengatakan Kapten Zaharie menghindari deteksi radar militer Malaysia maupun Thailand dengan terbang di sepanjang perbatasan, kemudian menyeberang masuk dan keluar dari wilayah udara masing-masing negara.
"Ketika pesawat terbang melintasi Thailand dan Malaysia, itu berjalan di perbatasan, yang bergoyang di bawahnya, yang berarti itu akan masuk dan keluar dari kedua negara, yang mana yurisdiksi mereka berada," ujar Hardy.
"Jadi kedua pengendali (lalu lintas udara) itu tidak peduli dengan pesawat misterius ini. Karena itu, 'Oh, itu hilang. Ini bukan di ruang kami lagi'," papar Hardy.
"Jika Anda menugaskan saya untuk melakukan operasi ini dan mencoba dan membuat 777 menghilang, saya akan melakukan hal yang sama," imbuh dia.
"Sejauh yang saya ketahui, itu terbang sangat akurat karena (saya) pikir itu melakukan pekerjaan dan kami tahu, sebagai fakta, bahwa militer tidak datang dan mencegat pesawat," katanya.
Para ahli menyalahkan sang pilot, Kapten Zaharie Ahmad Shah, sebagai pihak yang paling bertanggung jawab.
Program investigasi "60 Minutes" dari Nine News di Australia yang ditayangkan Minggu malam menampilkan panel ahli penerbangan yang bekerja untuk menentukan apa yang menyebabkan pesawat MH370 jatuh.
Sejak Maret 2014 dunia telah mempertanyakan bagaimana sebuah pesawat Boeing 777 yang membawa 239 orang menghilang ke udara dalam perjalanan dari Kuala Lumpur ke Beijing. Dari ratusan orang itu, beberapa di antaranya adalah penumpang asal Indonesia.
Banyak puing telah ditemukan tapi tak dianggap terkait dengan pesawat MH370. Kini, para ahli mengklaim sudah memiliki jawaban dari misteri tragedi MH370.
Larry Vance, mantan penyelidik senior dari Dewan Keselamatan Transportasi Kanada, mengatakan kepada program berita Australia mengatakan bahwa dia tahu apa yang terjadi dengan pesawat itu.
"Saya pikir masyarakat umum dapat merasa nyaman dengan fakta bahwa ada konsensus yang berkembang di saat-saat akhir pesawat," katanya.
Panel ahli percaya bahwa pria di kokpit, yakni Kapten Zaharie Ahmad Shah, bertanggung jawab penuh dalam insiden tersebut. Mereka setuju bahwa pilot "bunuh diri" dan membawa pesawat ke tempat paling terpencil yang bisa dia lakukan sehingga "menghilang".
Pilot dan instruktur Boeing 777 Simon Hardy mengatakan Kapten Zaharie menghindari deteksi radar militer Malaysia maupun Thailand dengan terbang di sepanjang perbatasan, kemudian menyeberang masuk dan keluar dari wilayah udara masing-masing negara.
"Ketika pesawat terbang melintasi Thailand dan Malaysia, itu berjalan di perbatasan, yang bergoyang di bawahnya, yang berarti itu akan masuk dan keluar dari kedua negara, yang mana yurisdiksi mereka berada," ujar Hardy.
"Jadi kedua pengendali (lalu lintas udara) itu tidak peduli dengan pesawat misterius ini. Karena itu, 'Oh, itu hilang. Ini bukan di ruang kami lagi'," papar Hardy.
"Jika Anda menugaskan saya untuk melakukan operasi ini dan mencoba dan membuat 777 menghilang, saya akan melakukan hal yang sama," imbuh dia.
"Sejauh yang saya ketahui, itu terbang sangat akurat karena (saya) pikir itu melakukan pekerjaan dan kami tahu, sebagai fakta, bahwa militer tidak datang dan mencegat pesawat," katanya.
John Dawson, seorang pengacara yang mewakili sembilan keluarga dari penumpang MH370 dan MH17, baru-baru ini mengatakan kepada News Corp Australia, bahwa bukti yang ditunjukkan secara tepat menunjukkan bahwa salah satu awak pesawat bertanggung jawab.
"Di MH370, Anda memiliki pilot terbang antara Malaysia dan Beijing yang membawa kembali pesawat," ujarnya.
"Buktinya sangat berat soal keterlibatan oleh salah satu awak pesawat yang menurunkan pesawat ini," katanya.
"Pesawat itu mungkin sudah bertekanan, orang-orang mati karena sesak napas, itu adalah pembunuhan terencana," imbuh dia. "Itu sangat direncanakan. Mayat-mayat itu tidak pernah ditemukan."
Credit sindonews.com