Jumat, 10 Februari 2017

Filipina Minta Bantuan China dan AS Lawan Abu Sayyaf

 
Filipina Minta Bantuan China dan AS Lawan Abu Sayyaf  
Ilustrasi operasi lawan perompak. (ANTARA FOTO/Indrayadi TH)
 
Jakarta, CB -- Pemerintah Filipina meminta bantuan Amerika Serikat dan China untuk menjaga salah satu jalur lautnya yang kerap diserang oleh kelompok militan Abu Sayyaf.

Menurut otoritas keamanan pantai, Manila tidak mau jalur Sibutu yang terletak di antara Malaysia dan Filipina menjadi tempat beraksi perompak ala Somalia.

Kanal perairan dalam yang digunakan 13 ribu kapal per tahun itu adalah jalur tercepat antara Australia dan negara-negara industri seperti China, Jepang serta Korea Selatan, kata mereka.

Kelompok militan Abu Sayyaf dari Filipina Selatan kerap membajak kapal-kapal yang melalui perairan antara Malaysia, Indonesia dan Filipina. Mereka menculik puluhan orang untuk meminta tebusan.

Pemerintah Indonesia memperingatkan, kawasan ini bisa jadi seperti Somalia dan Biro Maritim Internasional menyatakan perairan ini sudah menjadi semakin berbahaya.

"Jika pemilik kapal ingin melewati daerah itu untuk menghindari penculikan yang dilakukan para teroris ini, tentu saja, ada biaya tambahan yang mesti dikeluarkan," kata Kepala Keamanan Pantai Filipina Komodor Joel Garcia kepada AFP, Rabu (8/2).

"Ini bukan hanya masalah Filipina atau Indonesia dan Malaysia, tapi juga komunitas perkapalan internasional."

Manila berencana untuk meminta sekutunya, Amerika Serikat, untuk melakukan kegiatan bersama di perairan tersebut untuk menyelesaikan masalah, kata Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana kepada AFP, sehari sebelumnya.

Sementara Presiden Rodrigo Duterte pekan lalu mendorong China untuk mengerahkan patroli di perairan yang dihantui perompak itu, seperti yang dilakukan di Teluk Aden, 2009 lalu, untuk melawan pembajak Somalia.

Duterte menyampaikan komentar itu sehari setelah bertemu dengan utusan khusus dari Indonesia yang menanyakan bagaimana cara Filipina mengatasi masalah ini dengan kekuatan angkatan laut yang relatif lemah.

Garcia mengatakan masalah kemungkinan kerja sama patroli dengan China bisa jadi dibahas pekan depan dalam pertemuan otoritas keamanan pantai kedua negara.

Lorenzana mengatakan Manila berencana untuk "berbicara dengan Kementerian Pertahanan China soal operasional patroli bersama" di Filipina Selatan.

Menurut Garcia, peningkatan insiden pembajakan di sekitar Sibutu mengancam biaya pengapalan, termasuk asuransi kapal, kargo dan awaknya.

Mengalihkan kapal melalui Selat Lombok akan memakan biaya lebih tinggi dan perjalanan akan memakan waktu yang lebih lama, kata juru bicara keamanan pantai Komandan Armando Balilo.

Petugas mencatat 12 pembajakan atau penculikan selama enam bulan ini, selain sejumlah upaya gagal yang mereka lakukan.

"Ini belum seperti di Somalia, tapi jika situasi meningkat menjadi kawasan pembajakan sepenuhnya, mereka akan menghindari rute tersebut. Mereka akan menggunakan rute lain dan biaya pengapalan akan meningkat," kata Balilo.




Credit  CNN Indonesia