Selasa, 06 September 2016

Pengusaha: Kita Minta Pemerintah Usut Siapa di Balik Tingginya Harga Gas


 
Pengusaha: Kita Minta Pemerintah Usut Siapa di Balik Tingginya Harga Gas  
Foto: Rachman Haryanto
 
Jakarta -Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP Hipmi) meminta pemerintah mengusut dugaan keterlibatan mafia gas sehingga harga gas melambung tinggi. Bahlil mengatakan, tingginya harga gas membuat industri nasional susah bersaing.

"Kita minta pemerintah mengusut siapa dibalik tingginya harga gas ini," ujar Ketua Bidang Energi BPP Hipmi Andhika Anindyaguna di Jakarta hari ini. Hipmi menduga harga gas di Indonesia disandera oleh mafia gas. Walaupun, Indonesia tercatat sebagai produsen gas, herannya, harga gas di Tanah Air jauh lebih mahal dari harga gas dari negara-negara pengimpor gas dari Indonesia.Pasti ini ada yang salah," ujar Andhika dalam keterangan tertulis, Senin (5/9/2016).

Andhika mengatakan harga gas di sisi hulu hanya sekitar US$ 4/ MMBtu. Namun gas yang dijual ke industri saat ini mencapai US$ 9/MMBtu. Harga gas naik sampai dua kali lipat ketika sampai di industri. Tak hanya itu, indikasi keterlibatan mafia gas kian kuat. Sebab, walaupun sejak September 2015 pemerintah telah berjanji akan menurunkan harga gas, Namun hingga saat ini hal tersebut belum juga teralisasi.

Andhika mengatakan, harga gas untuk industri di Indonesia jauh lebih lebih mahal daripada di Singapura dan negara tetangga lainnya di Asean dan Asia. Negara-negara tetangga tersebut menjual gas US$ 4-5 per MMBtu di Singapura, sedangkan di Indonesia lebih mahal berkisar US$ 9 per MMBtu-US$ 14 per MMBtu.

Andhika mengatakan daya saing industri melemah sebab komposisi harga gas cukup signifikan dalam menentukan biaya produksi. Industri keramik misalnya harga gas berkontribusi hingga 25% atas biaya produksi, disusul industri kaca dan botol, makanan dan minuman, kertas, baja, tekstil dan bahkan industri pupuk hingga 70%.

Melambungnya harga gas dan energi akan mengancam program industrialisasi nasional. Sebagaimana diketahui pertumbuhan industri tahun 2017 ditargetkan sebesar 5,4 % atau 0,1 % di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Tingginya harga tersebut juga membuat minat investasi di dalam negeri dapat melemah. "Kita perlu menjaga minat investasi yang sudah mulai tumbuh," kata Andhika.

Data Hipmi Research Center, menunjukan nilai investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sektor industri semester I tahun 2016 sebesar Rp50,70 triliun atau tumbuh 17,87 % dibandingkan periode yang sama tahun 2015 sebesar Rp43,01 triliun.

Sedangkan, nilai investasi Penanaman Modal Asing (PMA) sektor industri semester I Tahun 2016 mencapai US$ 8,01 miliar atau tumbuh sebesar 49,11 % dibandingkan periode yang sama tahun 2015 sebesar US$ 5,37 miliar.



Credit  detikfinance