"Saat ini masuk uji terakhir untuk finalisasi dari fungsi satelit itu sendiri, ada (uji) fungsi getar, ada (uji) frekuensi radio," kata Kepala Lapan Thomas Djamaluddin usai membuka lokakarya UK Satellite and Surveillance Capabilities in Broader Maritime Applications in Indonesia di Jakarta, Selasa.
Kepastian kesiapan peluncuran satelit mikro yang dikembangkan Lapan bersama Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, menurut dia, akan diputuskan pada April 2016.
Satelit yang diperkirakan menghabiskan dana Rp55 miliar ini, lanjutnya, akan kembali diluncurkan dengan menumpang roket milik India. Namun, satelit yang dilengkapi sensor Automatic Identification System (AIS) untuk pemantauan kapal-kapal penangkap ikan ini akan diluncurkan dengan orbit polar dengan inklimasi 98 derajat.
Satelit Lapan A3/IPB yang rencananya akan mengorbit di ketinggian 650 kilometer (km) di atas permukaan bumi tersebut, menurut Thomas, dirancang untuk memantau lahan pertanian. Satelit ini akan bisa memantau pertumbuhan padi, daerah siap tanam dan panen, hingga pemantauan penggunaan atau kebutuhan pupuk.
Sebelumnya, Thomas mengatakan bahwa Lapan melakukan pengembangan teknologi satelit secara bertahap dengan mengembangkan satelit-satelit mikro yang merupakan satelit eksperimen sampai akhirnya mampu membuat Satelit Nasional.
Lapan bekerja sama dengan BMKG akan membuat satelit Lapan A4 yang dikembangkan untuk fungsi pemantauan meteorologi. Selain itu akan dikembangkan Lapan A5 yang rencananya dikembangkan untuk kepentingan pertahanan.
Lapan A2/Orari yang diluncurkan pada 28 September 2015, menurut Thomas, berfungsi baik dan telah mengirimkan banyak data dan citra satelit ke stasiun bumi. Salah satunya menghasilkan citra satelit dari jalan sepanjang sepuluh meter di daerah perbatasan.
Credit REPUBLIKA.CO.ID