China membangun Kepulauan Spratly di
perairan Laut China Selatan yang disengketakan pula oleh Filipina,
Brunei Darussalam, Malaysia, Taiwan, dan Vietnam. (U.S. Navy/Handout)
Pengumuman ini merupakan tindak lanjut dari kesepakatan antara AS dan India pada tahun lalu untuk memperluas latihan gabungan angkatan laut mereka di Teluk Benggala dengan mengikutsertakan Jepang.
Kesepakatan ini tercapai sebagai bentuk respons terhadap meningkatnya pengaruh China di kawasan. Pengumuman ini disampaikan tak berapa lama setelah AS menentang militerisasi China di Laut China Selatan.
China membangun Kepulauan Spratly di perairan Laut China Selatan yang disengketakan pula oleh Filipina, Brunei Darussalam, Malaysia, Taiwan, dan Vietnam.
Belakangan, China dikabarkan mulai menempatkan kekuatan militer di Kepulauan Spratly, bahkan sempat menghalau nelayan Filipina untuk masuk wilayah itu.
Sementara itu, AS terus melakukan patroli kapal di dekat daerah tersebut atas dasar kebebasan berlayar di perairan internasional.
Dalam konferensi pers di India, Kepala Komando Pasifik AL AS, Harry B. Harris, kembali menegaskan bahwa kebebasan berlayar merupakan hak semua negara.
"Sementara beberapa negara ingin menganiaya negara yang lebih kecil melalui intimidasi dan paksaan, saya mengagumi contoh India yang melakukan resolusi dalam menangani sengketa dengan negara tetangga di Laut India," ujar Harris seperti dikutip Reuters.
Sementara itu, ketika dimintai tanggapan mengenai latihan gabungan ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hong Lei, hanya berkata, "Kami berharap kerja sama negara-negara terkait akan membawa kemajuan terhadap keamanan dan perdamaian kawasan dan tidak merugikan kepentingan pihak ketiga."
Credit CNN Indonesia