Senin, 05 Januari 2015
KRI Bung Tomo, Jagoan TNI AL yang 'Dibuang' Brunei
KRI Bung Tomo (Foto Istimewa)
CB, Jakarta: Seiring operasi SAR jatuhnya AirAsia QZ8501, nama KRI Bung Tomo mulai dikenal masyarakat. Kapal perang baru TNI AL ini adalah salah satu yang pertama tiba di lokasi kejadian.
Kapal yang dilengkapi helipad ini melaku evakuasi terhadap temuan pertama puing dan jasad AirAsia QA8501. Baru kemudian disusul kapal-kapal lain termasuk bantuan dari Singapura, Malaysia, Amerika Serikat dan Jepang.
Kapal patroli lepas pantai jenis korvet atau multi role linght fregate (MRLF) ini resmi memperkuat TNI AL mulai 14 September 2014. Kapal mempunyai berat 2300 ton, panjang 95 meter, lebar 12,7 meter serta didukung dengan empat motor pendorong pokok COCAD (Combined Diesel and Diesel) sehingga mampu berlayar dengan kecepatan maksimum 31 knots.
Urusan navigasi dan komunikasi, KRI Bung Tomo tergolong canggih. Meriam utama di dek depan adalah OTO Rapid Melara 76 mm yang mampu menembakkan 110 butir amunisi dengan jarak tembak sejauh 16 km, baik untuk menyerang juga bertahan.
Untuk menangkis serangan udara ada meriam DS 30 B Remsig 30 mm. Rudal permukaan ke udara adalah SAM Vertical Bunch Sea Walf dan Exocet MM 40 block 11 berkecepatan 1,134 km/jam untuk mengejar sasaran hingga 72 km. Juga dilengkapi terpedo anti kapal selam Thales Sensor Cutlass 242.
Perjalanan kapal bernomor lambung 357 ini menjadi milik TNI AL cukup unik, sebab bukan merupakan pesanan pemerintah RI. Kapal dibuat BAE Systems Marine di dermaga Anchorline, Barrow-In-Furness, Inggris, atas pesanan Kerajaan Brunei Darussalam.
Namun setelah selesai dibuat pada Juni 2007 bahkan sempat menyandang nama Nakhoda Ragam, mendadak Brunei membatalkan pesanan dengan alasan tidak punya cukup sumber daya manusia untuk mengoperasikan kapal. Total ada tiga kapal perang yang Brunei batal pesan.
Lima tahun kemudian, barulah RI siap mengambil tawaran mengambil alih tiga kapal canggih tersebut. Selain KRI Bung Tomo, dua kapal lainnya adalah KRI Usman Harun dan KRI John Lie.
Setelah dilakukan modifikasi sesuai kebutuhan TNI AL, barulah ketiganya secara bertahap dikirim ke Indonesia. Ketiganya tampil perdana di hadapan masyarakat Indonesia pada upacara HUT ke-69 TNI 5 Oktober 2014 di Surabaya.
Credit Metrotvnews.com