Selasa, 27 Januari 2015

Bentrok dengan Pemberontak, 30 Polisi Filipina Tewas


Bentrok dengan Pemberontak, 30 Polisi Filipina Tewas  
Bentrok terjadi saat polisi komando Filipina tengah memburu anggota Jemaah Islamiyah. Dikhawatirkan insiden ini menganggu proses perdamaian. (Ilustrasi/Thinkstock)
 
 
Mamasapano, CB -- Puluhan polisi komando di Filipina tewas terbunuh dalam pertempuran melawan kelompok separatis Muslim di selatan negara itu. Insiden pada Minggu (25/1) dikhawatirkan akan mengganggu proses perdamaian antara pemerintah Filipina dengan militan Islam.

Menurut laporan pemerintah lokal dan kepala negosasiasi damai Front Pembebasan Islam Moro, MILF, Mohagher Iqbal, sebanyak 30 polisi Filipina tewas dalam pertempuran tersebut.

Kepala polisi Regional Noel Armilla mengatakan baru enam jasad polisi yang telah dievakuasi. Upaya evakuasi masih terus dilakukan untuk mengambil jenazah aparat.

Iqbal tidak menyebutkan jumlah korban tewas di kubu MILF, namun dia membenarkan bahwa peristiwa ini akan menjadi "masalah besar" bagi proses perdamaian dengan pemerintah Filipina.

Iqbal mengatakan insiden itu terjadi saat polisi menyisir kota Mamasapano di provinsi Maquindanao, wilayah yang dikuasai MILF, sekitar pukul 3 pagi kemarin. Polisi tengah memburu anggota Jemaah Islamiyah, Marwan, yang penangkapannya dihargai US$5 juta oleh pemerintah, dan Basit Usman, komandan faksi pemberontak Pejuang Kebebasan Islam Bangsamoro, BIFF, yang tidak ambil bagian dalam perundingan damai.

Menurut Iqbal, operasi tersebut tidak dikoordinasikan dengan MILF yang merupakan salah satu syarat dalam perjanjian gencatan senjata. Dia berharap peristiwa ini tidak berpengaruh besar pada upaya perdamaian.

MILF yang beranggotakan 10 ribu orang sepakat menghentikan pemberontakan dengan imbalan akan diberikan kekuasaan di wilayah Mindanao. Pemberian otonomi khusus saat ini tengah dirundingkan di parlemen Filipina.

Perjanjian damai telah ditandatangani pada Maret lalu dan tahun ini para militan sepakat untuk memulai proses perlucutan senjata. "Ini adalah bentrokan pertama tahun ini antara MILF dan pasukan pemerintah. Saya harap, ini akan jadi yang terakhir," kata Iqbal, dikutip Channel NewsAsia.

Baku tembak sebelumnya di kota Mamasapano terjadi pada April 2014 lalu, menewaskan dua tentara pemerintah dan 18 militan. Saat itu, pemerintah menuduh MILF membantu ekstremis melawan pemerintah.

Sejak perjanjian damai, tentara pemerintah mengincar BIFF, kelompok militan yang beranggotan beberapa ratusan orang yang tahun lalu berbaiat kepada ISIS di Irak dan Suriah.

Credit  CNN Indonesia