Jumat, 23 Januari 2015

Mengenal Raja Baru Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz


Mengenal Raja Baru Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz  
Raja Salman punya tugas berat mempertahankan monarki Saudi sembari menjaga hubungan dengan beberapa negara sekutu, salah satunya Amerika Serikat. (Reuters/Yuya Shino)
 
 
Riyadh, CB -- Salman bin Abdulaziz akan melanjutkan tampuk kepemimpinan di kerajaan Arab Saudi setelah Raja Abdullah mangkat pada Jumat (23/1). Dia punya tugas berat mempertahankan monarki Saudi sembari menjaga hubungan dengan beberapa negara sekutu, salah satunya Amerika Serikat.

Diberitakan Gulf Business News, Salman, 79, harus menjaga stabilitas negara di tengah perang di Irak dan Suriah, serta perseteruan Saudi dengan kekuatan Iran dan ancaman al-Qaidah di Yaman.

Putra mahkota berikutnya adalah adik bungsunya, Pangeran Muqrim, mantan kepala intelijen Saudi.

Salman adalah gubernur Riyadh selama 48 tahun dan menjadi menteri pertahanan pada 2011 lalu putra mahkota setahun setelahnya. Salman memimpin Riyadh saat kota itu masih terisolasi dengan gurun pasir hingga menjadi modern dengan gedung-gedung pencakar langit, universitas dan restoran Barat.

Sebagai menteri pertahanan, Salman adalah kepala militer Saudi saat bergabung dengan Amerika Serikat dan negara Arab lainnya dalam serangan ke Suriah pada 2014 untuk menghancurkan kekuatan ISIS.

Menurut Robert Jordan, mantan duta besar Amerika Serikat untuk Saudi pada 2001 dan 2003, Salman diprediksi masih akan terus melanjutkan kebijakan Abdullah dalam reformasi dan modernisasi Saudi. Salman, lanjut dia, akan melakukannya dengan baik.

"Menurut saya dia telah melakukan tugas yang baik dalam melakukan langkah seimbang dalam memajukan masyarakat, namun tetap menghargai tradisi dan sifat konservatif Saudi," kata Robert.

Dalam pertemuan dengan dubes AS untuk Saudi pada Maret 2007, seperti yang dibocorkan WikiLeaks, Salman mengatakan bahwa reformasi budaya dan sosial yang dicanangkan Raja Abdullah harus berjalan perlahan karena dikhawatirkan merusak nilai-nilai konservatif Saudi.

Dalam bocoran tersebut, Salman mengatakan bahwa demokrasi tidak cocok untuk kerajaan Saudi karena akan memicu perpecahan di berbagai suku negara itu.

Tidak mudah didikte

Saat diketahui ada 15 warga Saudi yang terlibat serangan terorisme pada 11 September 2001, Salman menolak untuk memercayainya sampai betul-betul ada bukti kuat. Menurut Jordan, Salman bukan orang yang mudah didikte.

"Dia tidak bisa menerima bulat-bulat apapun yang disampaikan Amerika Serikat, namun di waktu yang sama, dia mengerti pentingnya hubungan kedua negara, yang bukan hanya soal minyak," ujar Jordan.

Salah satu putra Salman, Pangeran Sultan bin Salman, adalah astronot Arab pertama yang terbang di kapal ulang alik Discovery pada 1985. Sultan saat ini menjadi menteri pariwisata Saudi, sementara putra Salman yang lain, Pangeran Abdulaziz, adalah wakil menteri perminyakan.

Kesehatan Salman tidak dalam keadaan prima dan menjadi kekhawatiran bagi kerajaan. Dia pernah mengalami satu stroke yang membuat pergerakan tangan kirinya terbatas.


Credit  CNN Indonesia