Enjat Djainuderajat, Direktur Sosial dan Sejarah Nilai Budaya/HanTer/Elvi
Jakarta, (CB) - Situs megalitikum Gunung Padang, dewasa ini kian ramai dibicarakan publik. Banyak pihak mendukung dan mengoreksi penelitian ini. Beberapa pihak menilai, penemuan beberapa benda di situs ini perlu dikaji ulang.
Hal ini diamini oleh Enjat Djainuderajat, Direktur Sosial Sejarah dan Nilai Budaya Kemdikbud. Dia menyatakan keraguan pada penemuan semen yang ada di situs Gunung Padang. Baginya, jika semen ditemukan, mengapa dalam pembangunannya punden berundak (bangunan situs) tidak menggunakan semen tersebut.
"Katanya sudah menemukan semen? Betul semen atau bukan. Ada beberapa hal jadi mengganjal," ungkapnya pada Harian Terbit, di Museum Nasional, Jakarta, Selasa siang (09/12/14).
Lebih lanjut, Enjat menuturkan agar ada kajian komperhensif pada situs Gunung Padang. Pengkajian ulang juga diungkapkan, agar penelitian menuju tingkat keabsahan yang akurat. Peneliti dilarang cepat puas dalam melakukan penelitian. Dia menyayangkan sebelum ada pengkajian lebih mendalam berbagai penemuan sudah diekspos di media massa.
"Harus ditambah lagi penelitinya lebih lengkap. Kalau itu-itu saja tidak ada perkembangan" tandasnya.
Peninggalan yang menjadi ganjalan menurut laki-laki berbaju batik ini, yakni pada penemuan koin. Pasalnya koin adalah alat tukar mata uang yang bersifat cepat berpindah. Tak hanya itu ruang di dalam situs Gunung Padang yang ditemukan juga masih diragukan. Menurutnya belum ada bukti empiris yang menyatakan situs megalitik di Indonesia yang punya ruang di dalamnya.
"Ruang seperti piramid ini belum ada bukti empiris yang ditemukan di Indonesia," katanya.
Mengenai pendanaan yang dikucurkan oleh pemerintah, Enjat menilai tidak ada kekurangan. Sebab, pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II (M. Nuh, Red) telah mencukupi kebutuhan penelitian ini.
"Saya kira kekurangan dana tidak mungkin. Karena penelitian itu sudah dikasih uang cukup. Apakah iya kekurangan dana?," tanyanya.
Kendatipun demikian, dirinya enggan menyebutkan jumlah dana yang dikucurkan. Namun dia meyakinkan pemerintah telah merencanakan akan meneruskan penelitian ini. Meski kontroversi yang timbul dari penemuan situs ini. Hal ini disadari karena bagaimanapun, situs ini adalah peninggalan warisan budaya Indonesia.
Ali Akbar, peneliti arkologi Universitas Indonesia menyatakan, penemuan ini telah dilakukan dalam kaidah yang benar. Sampai saat ini Ali menilai penelitian ini memang masih dalam proses. Dia menegaskan melakukan penelitian megalitikum tidak semudah yang dibayangkan. Ali tidak keberatan jika ada pihak lain yang akan meneruskan penelitian.
"Kalau ada pihak lain, baik pemerintah, atau swasta saya sangat senang. Jika pun ada fakta lain yang ditemukan, itu baik, karena menunjukan ada perkembangan," jelasnya.
Mengomentari dana yang dikucurkan pemerintah. Ali sendiri mengaku belum menerima dana tersebut. Dana yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari dana pribadi urunan peneliti. Dia menyebutkan banyak pihak yang turut membantu, bahkan masyarakat setempat.
"Kalau sudah ada dari pemerintah, mana dikasih kemana. Kami dibantu masyarakat setempat juga kok, jadi yang menggali juga gotong royong," tuturnya.
Dia berharap pemerintah, benar-benar mengucurkan dana yang sesuai. Ali menganggap ini bentuk investasi jangka panjang bagi pariwisata, aset kebudayaan dan pendidikan.
Credit HanTer