Senin, 08 Desember 2014

Pasukan Khusus AS Gagal Gelar Operasi Penyelamatan, 2 Sandera Tewas


 AP Photo/Hani Mohammed Luke Sommers (33) jurnalis foto AS yang disandera Al-Qaeda di Yaman, tewas ketika pasukan khusus AS coba membebaskannya.

SANAA, CB - Seorang warga AS dan Afrika Selatan tewas dalam baku tembak saat pasukan khusus AS mencoba menyelamatkan mereka dari sekapan Al-Qaeda di Yaman.

Presiden AS Barack Obama mengatakan telah memberikan izin digelarnya operasi gabungan yang melibatkan pasukan khusus AS untuk menyelamatkan jurnalis foto Luke Somers karena keselamatan pria itu dalam bahaya.

Pierre Korkie, seorang guru asal Afrika Selatan juga tewas dalam operasi penyelamatan itu. Korkie tewas hanya sehari sebelum dia dijadwalkan akan dibebaskan setelah disandera selama lebih dari satu tahun.

Sebelumnya, kelompok Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) pada Kamis (4/12/2014) mengancam akan mengeksekusi Somers (33), yang diculik lebih dari setahun lalu di ibu kota Yaman, Sanaa.

AQAP mengancam akan membunuh Somers dalam waktu tiga hari jika Washington gagal memenuhi tuntutan kelompok itu. Sementara itu, Korkie diculik pada Mei 2013 di kota Taez. Saat itu Korkie sudah bekerja sebagai guru selama empat tahun di Yaman bersama istrinya Yolande.

Yolande yang ikut diculik bersama suaminya itu sudah dibebaskan pada Januari lalu menyusul upaya mediasi yang dilakukan organisasi amal The Gift of the Givers. Organisasi amal itu mengatakan Korkie sudah dijadwalkan bebas dan semua persiapan logistik sudah disiapkan untuk membawa pria itu keluar dari Yaman di bawah perlindungan diplomatik.

"Yolande dan keluarganya sangat terpukul dengan kematian Pierre terlebih karena mereka tahun bahwa pria itu akan dibebaskan besok (Minggu)," kata organisasi amal tersebut.

Selain kedua sandera itu, sebanyak 10 anggota AQAP tewas dalam operasi gabungan di provinsi Shabwa, wilayah tenggara Yaman. Demikian pernyataan kementerian pertahanan Yaman. Meski gagal membebaskan sandera, Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel tetap menganggap operasi tersebut berjalan lancar.

"Operasi itu sangat berbahaya dan sulit. Seperti halnya operasi-operasi militer semacam ini, selalu ada risiko," ujar Hagel saat berkunjung ke Kabul, Afganistan.



Credit KOMPAS.com