Phaeton asteroid yang bertindak seperti komet(nationalgeographic)
CB, NEW YORK – Sejumlah ilmuwan top dunia, 2015 mendatang, akan berkongsi untuk mencegah kemungkinan terburuk terjadinya tabrakan Bumi dengan asteroid. Pertemuan dan solusi yang bakal mereka upayakan dinilai penting mengingat Planet Bumi dianggap rentan mengalami “kiamat” akibat bertabrakan dengan asteroid.
Ed Lu, ilmuwan sekaligus mantan astronot, mengaku memiliki teknologi canggih. Teknologi itu diklaim bisa membelokkan asteroid yang hendak menabrak Bumi. Namun, diakuinya, teknologi ini masih punya banyak kekurangan.
Ed bukan satu-satunya ilmuwan yang mengembangkan teknologi yang bisa menghindarkan Bumi dari “kecelakaan” tubrukan dengan asteroid. Sekitar 100 ilmuwan dan astronot paling berpengaruh di dunia dikabarkan akan bertemu dalam konferensi yang diselenggarakan 30 Juni 2015.
Mereka akan membuat sebuah deklarasi untuk memulai misi melindungi umat manusia dari asteroid yang berpotensi mengakhiri kehidupan di Planet Bumi. Dailymail, Rabu (3/12/2014), menulis upaya penyelamatan yang dilakukan para ilmuwan ini adalah cara untuk menghindari kiamat di Bumi.
Dipilihnya tanggal 30 Juni bukan tanpa alasan. Pada tanggal itu, sebuah asteroid yang ditengarai sebagai terbesar selama ini diprediksi akan menabrak Bumi. Asteroid ini disebut-sebut sama besarnya dengan asteroid yang tercatat pernah menghantam Bumi di Tunguska, Siberia, pada tahun 1908. Hantaman asteroid Tunguska saat itu menimbulkan kerusakan dahsyat hingga radius 2.000 kilometer persegi.
Khawatir atas kemungkinan munculnya kejadian yang serupa pada masa depan, para ilmuwan terus berupaya meningkatkan pengawasan terhadap asteroid yang berpotensi menabrak Bumi itu. Hingga kini, para ilmuwan memang hanya mempunyai data sekitar 10.000 asteroid saja. Padahal di luar angkasa terdapat jutaan asteroid yang diklaim dapat menghancurkan Bumi setiap saat dan membuat kiamat semakin dekat.
Menyadari risiko itu, tidak mengherankan apabila sebuah organisasi pengamat asteroid, B612, mengungkapkan bahwa Bumi sejatinya 10 kali lebih berpotensi dihantam asteroid daripada yang diperkirakan sebelumnya. “Semakin kita mempelajari dampak serangan asteroid, semakin jelas bila manusia bisa hidup sampai sekarang berkat waktu ‘pemberian’,” ujar Brian Maid, salah seorang ilmuwan yang akan menghadiri konferensi asteroid tahun depan.
Dalam konferensi itu rencananya akan dirumuskan ancang-ancang pembuatan teleskop luar angkasa untuk mengawasi asteroid. Teleskop itu rencananya akan dipasang di antara Planet Bumi dan Planet Venus.
Credit Solopos.com