ANKARA
- Amerika Serikat akan mengirim tim ke Turki dalam beberapa minggu
mendatang untuk mengklarifikasi kekhawatiran mereka tentang pembelian
sistem pertahanan rudal S-400 Rusia oleh Ankara. Washington sangat
khawatir senjata pertahanan Moskow itu membahayakan jet tempur siluman
F-35.
Jadwal kunjungan tim Amerika itu telah dikonfirmasi Presiden Industri Pertahanan Turki Ismail Demir.
"Kami terus-menerus mendengar tentang potensi bahaya dan masalah atas kualifikasi pesawat tempur siluman F-35 dalam hal penempatannya ke tempat yang dekat dengan S-400," kata Demir yang dikutip dari Hurriyet, Rabu (9/1/2019).
"Kami tidak pernah memiliki tim yang mengunjungi kami untuk mengklarifikasi apa yang menjadi risiko teknis. Kami telah mengatakan kepada mereka beberapa kali untuk datang dan menjelaskan semua kekhawatiran mereka jika mereka pikir ini adalah masalah serius," ujarnya.
"Sekarang, setelah semua ini, mereka mengatakan kepada kami bahwa mereka akan mengirim tim dalam beberapa minggu mendatang," lanjut Demir.
Sekadar diketahui, Turki telah membuat kesepakatan dengan Rusia terkait pembelian sistem rudal S-400 dan pengiriman perdana senjata pertahanan itu akan dilakukan Oktober nanti. Ankara juga membeli jet tempur siluman F-35 buatan Lockheed Martin AS.
Ankara ingin mengoperasikan sistem rudal S-400 dan jet tempur F-35 secara bersama-sama. Hal itu membuat sekutu-sekutunya di NATO, terutama AS, takut karena rahasia kelemahan jet tempur termahal itu bisa bocor ke tangan Moskow.
Pernyataan Demir itu muncul setelah laporan surat kabar Anadolu pekan lalu menyatakan bahwa Ankara telah menolak proposal Washington yang berisi tekanan untuk untuk membatalkan akuisisi sistem pertahanan udara S-400 Rusia dengan imbalan boleh membeli sistem rudal Patriot Amerika.
Jadwal kunjungan tim Amerika itu telah dikonfirmasi Presiden Industri Pertahanan Turki Ismail Demir.
"Kami terus-menerus mendengar tentang potensi bahaya dan masalah atas kualifikasi pesawat tempur siluman F-35 dalam hal penempatannya ke tempat yang dekat dengan S-400," kata Demir yang dikutip dari Hurriyet, Rabu (9/1/2019).
"Kami tidak pernah memiliki tim yang mengunjungi kami untuk mengklarifikasi apa yang menjadi risiko teknis. Kami telah mengatakan kepada mereka beberapa kali untuk datang dan menjelaskan semua kekhawatiran mereka jika mereka pikir ini adalah masalah serius," ujarnya.
"Sekarang, setelah semua ini, mereka mengatakan kepada kami bahwa mereka akan mengirim tim dalam beberapa minggu mendatang," lanjut Demir.
Sekadar diketahui, Turki telah membuat kesepakatan dengan Rusia terkait pembelian sistem rudal S-400 dan pengiriman perdana senjata pertahanan itu akan dilakukan Oktober nanti. Ankara juga membeli jet tempur siluman F-35 buatan Lockheed Martin AS.
Ankara ingin mengoperasikan sistem rudal S-400 dan jet tempur F-35 secara bersama-sama. Hal itu membuat sekutu-sekutunya di NATO, terutama AS, takut karena rahasia kelemahan jet tempur termahal itu bisa bocor ke tangan Moskow.
Pernyataan Demir itu muncul setelah laporan surat kabar Anadolu pekan lalu menyatakan bahwa Ankara telah menolak proposal Washington yang berisi tekanan untuk untuk membatalkan akuisisi sistem pertahanan udara S-400 Rusia dengan imbalan boleh membeli sistem rudal Patriot Amerika.
Alasan
penolakan itu karena Washington menolak transfer teknologi sistem rudal
Patriot kepada Ankara. Selain itu, Washington juga tidak memberikan
diskon senjata pertahanan itu yang memang jauh lebih mahal dari S-400
Moskow.
Pada Desember 2018, Departemen Luar Negeri AS telah menyetujui penjualan sistem Patriot senilai USD3,5 miliar ke Turki. Juru bicara kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin, mengatakan pada waktu itu bahwa kemungkinan pembelian Patriot tidak akan memengaruhi perjanjian Ankara-Moskow tentang pembelian sistem rudal S-400.
Pada Desember 2018, Departemen Luar Negeri AS telah menyetujui penjualan sistem Patriot senilai USD3,5 miliar ke Turki. Juru bicara kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin, mengatakan pada waktu itu bahwa kemungkinan pembelian Patriot tidak akan memengaruhi perjanjian Ankara-Moskow tentang pembelian sistem rudal S-400.
Credit sindonews.com