Ilustrasi (REUTERS/Kacper Pempel)
"Fokus inovasi dan penelitian tentang pembuatan malware serta organisasi serangan yang berlapis-lapis kini telah bergeser ke kelompok yang disponsori negara," kata Group-IB, sebuah perusahaan asal Rusia yang bekerja dengan Interpol dan lembaga global lainnya.
Dalam laporan tren kejahatan siber 2018, terdapat tiga negara dimana kelompok peretas ini mendapat sokongan negara. Ketiganya adalah China, Korea Utara, dan Iran. Rusia, AS, dan Ukrania masuk dalam 40 kelompok aktif.
Kelompok-kelompok ini berfokus pada sabotase dan spionase khususnya di sektor kekuasaan, nuklir, air, penerbangan, dan perdagangan.
Sebagian besar serangan dilakukan pada 2017 lalu dan 2018 yang menargetkan kawasan Asia-Pasifik.
"Bank dianggap merupakan infrastruktur penting, mereka adalah target untuk kelompok peretas yang disponsori negara," kata ketua kelompok-IB, Ilia Sachkov saat konferensi pers di Moskow.
"Serangan yang berhasil adalah serangan yang mampu menghancurkan satu organisasi keuangan bahkan meruntuhkan sistem keuangan negara," kata dia, seperti dikutip AFP.
Laporan ini muncul beberapa hari setelah pemerintah Barat menuduh intelijen militer Moskow dari kelompok peretas yang menargetkan pengawasan senjata kimia dunia dan beberapa institusi barat lainnya.
Credit cnnindonesia.com