Jumat, 05 Oktober 2018

AS Sanksi Perusahaan Berbasis di Turki


Parade Militer Korea Utara (Korut)
Parade Militer Korea Utara (Korut)

Perusahaan tersebut dituduh melakukan transaksi perdagangan senjata dengan Korut.



CB, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) pada Kamis (4/10) memberlakukan sanksi terhadap sebuah perusahaan berbasis di Turki. Sanksi juga diberikan kepada para pemimpin perusahaan, dan seorang diplomat Korea Utara (Korut).  Mereka dituduh melakukan perdagangan senjata dan barang mewah dengan Pyongyang yang melanggar sanksi internasional.

Sanksi terbaru dijatuhkan saat Washington mempertahankan tekanan pada Pyongyang agar membongkar program rudal dan nuklirnya. Sanksi AS telah menargetkan rute perdagangan Korut untuk menghalangi pendanaan dalam pengembangan program senjata.

Departemen Keuangan AS mengatakan, SIA Falcon International Group yang juga memiliki cabang di Latvia akan masuk daftar hitam karena mengekspor senjata ke atau dari Korut.

Sanksi juga diberikan kepasa SIA Falcon Chief Executive Huseyin Sahin dan manajer umumnya, Erhan Culha, karena bertindak  untuk atau atas nama SIA Falcon baik  secara langsung dan tidak langsung.



Selain itu, Departemen Keuangan AS menjatuhkan sanksi pada Ri Song Un, penasihat ekonomi dan komersial kedutaan Kout di Mongolia. Dikatakan pejabat SIA Falcon menjamu Ri awal tahun ini di Turki untuk merundingkan kesepakatan senjata dengannya.

Kantor berita Reuters mencoba menghubungi kantor SIA Falcon di Istanbul untuk meminta komentar. Namun tidak ada jawaban. Permintaan konfirmasi ke kantor SIA Falcon di Latvia disambut oleh pesan suara yang telah direkam  dalam bahasa Arab.

"SIA Falcon International Group dan individu yang bertindak atas namanya terang-terangan berusaha untuk melanggar sanksi PBB yang sudah lama terhadap perdagangan senjata dan barang mewah dengan Korea Utara," kata Menteri Keuangan Steven Mnuchin dalam sebuah pernyataan.

Menurut situs SIA Falcon, perusahaan bergerak dalam bidang pertahanan, ternak, energi dan produk makanan. SIA Falcon menggambarkan dirinya sebagai salah satu perusahaan terbesar di industri pertahanan. Perusahaan memasok layanan bersenjata dan pasukan keamanan ke lebih dari 30 negara di lima benua.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menuju ke Pyongyang pada Ahad untuk melanjutkan negosiasi dengan pemimpin Korut Kim Jong Un terkait pembongkaran program rudal dan nuklir negara itu.

Pembicaraan juga mencakup rencana pertemuan  kedua antara Kim dan Presiden Donald Trump yang dijadwalkan berlangsung akhir tahun ini.

Sebelumnya Trump dan Kim  bertemu di Singapura pada  Juni. Dalam pertemuan itu Kim berjanji untuk melakukan  denuklirisasi di Aemenanjung Korea. 




Credit  republika.co.id