Pengembangan AL Ukraina itu akan didukung dengan bantuan dari Amerika Serikat senilai 30 juta dolar AS, bagian dari paket 500 juta dolar dari Washington yang dijadwalkan akan diterima Kiev tahun depan.
"Kami akan membangun kembali armada kami tahap demi tahap dari awal," kata Laksamana Madya Ihor Vorochenko dalam wawancara dengan Reuters.
"Kemampuan kami dalam hal kualitas akan lebih baik dibandingkan dengan yang ada di Krimea."
Ukraina kehilangan dua pertiga armadanya, yang sebelumnya sebagian besar berada di Sevastopol, ketika Rusia mencaplok Krimea dari Kiev pada 2014. Sejak itu, Ukraina terus memerangi para separatis dukungan Rusia di wilayah Donbass dalam perang yang telah menewaskan hampir 10.000 orang.
Sebelum mencaplok Krimea, Rusia menyewa berbagai fasilitas dari Ukraina untuk menempatkan Armada Laut Hitamnya, yang telah berada di Krimea selama lebih dari dua abad.
Fasilitas-fasilitas tersebut, kebanyakan berada di sekitar Sevastopol, saat ini sedang diperluas.
Rusia telah memulai program untuk memiliterisasi Krimea, termasuk dengan membangkitkan kembali fasilitas-fasilitas yang dulu dibangun Soviet, membuat markas-markas baru serta menempatkan pasukannya di wilayah itu, menurut Laporan Khusus Reuters.
Ketika Rusia menduduki Krimea, Ukraina mencegah "Hetman Sahaydachnyy", kapal landas "Yuriy Olifirenko", perahu peluru kendali "Pryluky" serta sejumlah perahu bersenjata jatuh ke tangan Rusia.
"Kami baru saja mulai melakukan perbaikan pada kapal utama kami," kata Vorochenko.
Dua perahu bersenjata sudah hampir siap untuk digunakan "dan saya yakin kami akan menerima empat perahu lagi pada Juli tahun depan," ujarnya.
Angkatan Laut Ukraina juga berencana sudah akan memiliki satu kapal perang Corvette baru dan satu perahu rudal baru pada 2020.
Langkah-langkah lainnya yang dijalankan Ukraina untuk memperkuat pertahannya termasuk meningkatkan pelatihan bagi para personel AS serta menciptakan unit-unit baru pasukan pertahanan perairan.
Sebagian pelatihan sedang dilangsungkan di beberapa negara anggota NATO, yaitu Italia, Prancis dan Inggris.
Vorochenko mengatakan Rusia sedang berencana untuk membuat Krimea menjadi sebuah "pangkalan militer" dengan menempatkan tiga perahu selam, kapal-kapal perang kecil yang baru serta lebih banyak fasilitas penerbangan. Ia juga mengatakan kapal-kapal Rusia sedang mengalami banyak masalah teknis.
"Kami mendapat informasi, kami melalukan pengintaian. Saya tidak bisa mengungkapkan semuanya," ujar Vorochenko. "Tapi kami bisa menyerang balik semua rencana berbahaya mereka. Mereka juga ada masalah dalam hal sumber daya."
Sergei Zgurets, direktur lembaga konsultan Defense Express, mengatakan kapasitas angkatan laut Ukraina dalam keadaan rendah dan, karena itu, angkatan udara dan artilerinya masih menjadi alat pertahanan utama terhadap serangan dari laut.
"Jadi kita (Ukraina, red) akan memerangi pasukan angkatan laut milik musuh dengan menggunakan pasukan darat dan udara," kata Zgurets.
Vorochenko akan bertemu dengan kepala staf angkatan laut Rumania, negara yang juga anggota Uni Eropa dan NATO, pada 23 November untuk membahas kemungkinan aksi bersama di Laut Hitam jika Rusia melakukan serangan.
Hubungan antara Ukraina dan Rusia memburuk setelah Presiden Viktor Yanukovich, yang didukung Kremlin, digulingkan melalui serangkaian unjuk rasa pada Februari 2014. Kondisi tersebut berujung pada pencaplokan Krimea serta merebaknya perjuangan oleh kalangan separatis di wilayah-wilayah lainnya.
Credit ANTARA News