Jumat, 23 September 2016

Satu Lagi WNI Sandera Abu Sayyaf Dibebaskan

 
Satu Lagi WNI Sandera Abu Sayyaf Dibebaskan  
Ilustrasi kelompok MNLF. (AFP PHOTO/MARK NAVALEZ)
 
Jakarta, CB -- Seorang anak buah kapal warga negara Indonesia yang sempat disandera oleh Abu Sayyaf di Sulu dibebaskan pada Kamis (22/9), setelah satu bulan disandera oleh kelompok militan itu. Pembebasan ini terjadi hanya beberapa hari setelah Abu Sayyaf membebaskan seorang sandera Norwegia dan tiga sandera WNI lainnya.

CNN Philippines melaporkan bahwa Herman Bin Manggak dibebaskan setelah diculik oleh sekelompok pria bersenjata di perairan Sandakan, Sabah, Malaysia pada 3 Agustus lalu. Menurut juru bicara Komando Mindanao Barat, Maj Filemon Tan, Herman diserahkan ke kelompok Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF), dan kemudian diserahkan ke sejumlah pejabat Pasukan Satuan Tugas Sulu (JTFS) pukul 11.00.

Pihak militer menyatakan bahwa Herman dibawa ke Rumah Sakit di Kamp Bautista untuk menjalani pemeriksaan medis dan dimintai keterangan lebih lanjut.

"Pembebasan korban merupakan hasil dari upaya terus-menerus dari pihak militer, dibantu oleh berbagai pihak, terutama unit pemerintah lokal dari Sulu dan sejumlah pemangku kepentingan," tutur Brigadir Jenderal Arnel Dela Vega, komandan JTFS.

"Operasi militer pemerintah melawan kelompok Abu Sayyaf (ASG) akan terus dilanjutkan," kata juru bicara kepresidenan Filipina, Martin Andanar dalam konferensi pers yang digelar beberapa jam setelah Herman dibebaskan.

Sekitar 7.000 tentara pemerintah Filipina dikerahkan di Sulu untuk membantu memerangi anggota Abu Sayyaf yang diperkirakan berjumlah 400-500 orang.

Kepala Pasukan Bersenjata Filipina, Jenderal Ricardo Visaya menyatakan operasi ini merupakan yang terbesar dalam memerangi ASG sejak kelompok itu dibentuk pada dekade 1990-an.

Kementerian Luar Negeri RI hingga saat ini belum memberikan konfirmasi terkait pembebasan Herman.





Credit  CNN Indonesia



Kemlu RI Konfirmasi Pembebasan Satu WNI Sandera Abu Sayyaf


Kemlu RI Konfirmasi Pembebasan Satu WNI Sandera Abu Sayyaf  
Sandera WNI Korban Abu Sayyaf, Herman bin Manggak, diterima oleh Konjen RI di Davao, Filipina pada Kamis (22/9). (Dok. Kemlu RI)
 
Jakarta, CB -- Kementerian Luar Negeri RI mengonfirmasi pembebasan seorang anak buah kapal warga negara Indonesia, Herman bin Manggak, yang sempat disandera kelompok militan Abu Sayyaf.

Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu RI Lalu Muhammad Iqbal menyatakan bahwa Konsul Jenderal RI Davao, Berlian Napitupulu, telah menerima Herman secara resmi di markas Komando Mindanao Barat (Wesmincom), Zamboanga, pada Kamis (22/9) pukul 17.00 waktu setempat.

Iqbal memaparkan bahwa Herman merupakan nelayan asal Bulukumba, Sulawesi Selatan, yang bekerja di kapal ikan berbendera Malaysia dan diculik kelompok Abu Sayyaf di perairan Sabah, Malaysia, pada 3 Agustus lalu.

"Yang bersangkutan akan ditangani oleh KJRI Davao, khususnya untuk menjalani proses pemulihan trauma," ujar Iqbal dalam pernyataan yang diterima CNN Indonesia.com pada Kamis.

Iqbal juga menyebutkan bahwa Herman akan dipulangkan bersama tiga sandera lainnya yang sudah lebih dahulu dibebaskan.

Pembebasan Herman terjadi hanya beberapa hari setelah Abu Sayyaf membebaskan seorang sandera Norwegia dan tiga sandera WNI lainnya.

Juru bicara Komando Mindanao Barat, Maj Filemon Tan, Herman diserahkan ke kelompok Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF), dan kemudian diserahkan ke sejumlah pejabat Pasukan Satuan Tugas Sulu (JTFS) pukul 11.00 waktu setempat.

Pihak militer menyatakan bahwa Herman dibawa ke Rumah Sakit di Kamp Bautista untuk menjalani pemeriksaan medis dan dimintai keterangan lebih lanjut.

Sementara itu, juru bicara kepresidenan Filipina, Martin Andanar menyatakan, "Operasi militer pemerintah melawan kelompok Abu Sayyaf (ASG) akan terus dilanjutkan."

Sekitar 7.000 tentara pemerintah Filipina dikerahkan di Sulu untuk membantu memerangi anggota Abu Sayyaf yang diperkirakan berjumlah 400-500 orang.

Kepala Pasukan Bersenjata Filipina, Jenderal Ricardo Visaya menyatakan operasi ini merupakan yang terbesar dalam memerangi ASG sejak kelompok itu dibentuk pada dekade 1990-an.





Credit  CNN Indonesia