Kamis, 22 September 2016

Pertamina Ingin Tanjung Uban Jadi Pusat Blending Minyak Asia


Pertamina Ingin Tanjung Uban Jadi Pusat Blending Minyak Asia  
Bisnis blending minyak di masa depan memiliki prospek yang menjanjikan. Alasannya, kebutuhan BBM di regional Asia diprediksi akan terus bertumbuh. (CNN Indonesia/Safir Makki) 
 
Jakarta, CB -- PT Pertamina (Persero) akan menyulap terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) di Tanjung Uban, Kepulauan Riau menjadi kompleks fasilitas blending minyak demi mengurangi ketergantungan akan impor BBM. Namun dalam jangka panjang, perusahaan berharap bisa menjadikan Tanjung Uban sebagai salah satu pusat kegiatan blending minyak utama di kawasan Asia Pasifik.

Vice President Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina, Daniel Purba menjelaskan, bisnis blending minyak di masa depan memiliki prospek yang menjanjikan. Alasannya, kebutuhan BBM di regional Asia diprediksi akan terus bertumbuh. Apalagi, nilai tambah dari minyak blending dianggapnya cukup menggiurkan.

"Blending business is a huge business. Masa depannya sangat menjanjikan. Sehingga di masa depan, kami berniat agar Tanjung Uban ini bisa menyuplai minyak bagi kawasan Asia Pasifik. Memangnya hanya Singapura saja yang bisa lakukan blending?" ujar Daniel, Rabu (21/9).

Tak hanya bisnis blending, perusahaan juga akan menyiapkan fasilitas Tanjung Uban sebagai hub perdagangan minyak Asia. Ia mengatakan, saat ini lahan perusahaan di fasilitas Tanjung Uban masih banyak yang masih kosong, sehingga ada kesempatan untuk membangun tangki minyak di dalamnya.

"Nantinya, tangki-tangki tersebut bisa disewakan oleh perusahaan-perusahaan yang berminat sebagai terminal BBM. Ini juga sejalan dengan visi perusahaan yang ingin melakukan ekspansi secara internasional," ujarnya.

Untuk mendukung hal tersebut, saat ini perusahaan tengah membenahi infrastruktur Tanjung Uban seperti pembangunan tangki berkapasitas 4x50 ribu barel dan juga perpanjangan dermaga yang bisa menampung kapal berukuran 100 ribu Dead Weight Ton (DWT). Perbaikan fasilitas ini, tambahnya, diharapkan rampung akhir tahun 2016 mendatang.

Lebih lanjut Daniel menyebut, fasilitas blending ini akan menyuplai berbagai jenis BBM yang memang sedang dibutuhkan di kawasan Asia, baik memiliki kadar oktan rendah hingga BBM dengan kadar oktan tinggi.

"Bahkan kadar oktan 86 dan 87 pun masih digunakan di negara-negara semenanjung Indocina dan Myanmar. Kami tak mau fasilitas blending ini hanya memproduksi satu jenis BBM saja," terangnya.

Untuk mengembangkan fasilitas Tanjung Uban, perusahaan sudah berguru dengan pelaku bisnis serupa di Singapura. Sembari belajar, Pertamina juga mempertimbangkan skema bisnis terbaik untuk mengelola fasilitas ini.

"Kami tengah pikirkan, apakah kami perlu melakukan partnership atau melakukan joint venture," tambahnya.

Kendati demikian, perusahaan baru akan memproduksi BBM jenis Premium di Tanjung Uban, yang rencananya dimulai pada semester I tahun depan. Ini dilakukan untuk mengurangi impor BBM jenis Premium sebesar 2 juta barel per bulannya.

Sebagai informasi, realisasi impor Premium sepanjang tahun 2016 rata-rata sebesar 6,92 juta barel per bulannya. Dengan kata lain, Premium hasil blending ini sekiranya bisa mengurangi impor sebesar 28,9 persen.

"Kami memang fokus di Premium, tapi karena saat ini konsumsi Premium menurun maka tak menutup kemungkinan fasilitas blending ini bisa menghasilkan BBM dengan RON 90 atau 92. Saat ini, kami tengah melakukan ujicoba blending, mencari jenis minyak apa yang ekonomis untuk menghasilkan nilai tambah produk yang tinggi," tambahnya.

Sepanjang tahun 2016, Pertamina telah melakukan impor Premium rata-rata sebesar 6,92 juta barel dan Pertamax sebesar 1,57 juta barel. Hingga akhir tahun, perusahaan memprediksi impor Premium menurun di kisaran 5 juta barel, sedangkan Pertamax meningkat ke angka 3,5 juta barel.


Credit  CNN Indonesia