PARIS
- Presiden Prancis, Francois Hollande, menilai respons Amerika Serikat
(AS) terhadap serangan 11 September 2001 (9/11) telah menyebabkan
kekacauan, karena dilakukan secara meluas termasuk menginvasi Irak.
Kebijakan Luar Negeri AS itu juga dianggap membuat Prancis menderita.
Dalam
sebuah posting di Facebook untuk mengenang korban serangan 9/11,
Hollande mengkritik cara pemerintahan Presiden George W. Bush dalam
menanggapi serangan teror terbesar terhadap AS tersebut.
”Respons
pemerintahan Amerika menanggapi serangan ini jauh dari (sekadar)
memberantas ancaman, (tapi) diperluas ke daerah yang lebih luas. Yakni
ke Irak,” tulis Presiden Hollande, seperti dikutip AFP, Senin (12/9/2016).
”Dan
meskipun Perancis melalui (mantan Presiden) Jacques Chirac benar untuk
menolak bergabung dalam intervensi (di Irak) yang dikutuk, tetap menjadi
korban akibat kekacauan yang ditimbulkannya,” lanjut Hollande.
Pada
tanggal 11 September 2001, kelompok teroris Al-Qaeda membajak empat
pesawat yang kemudian digunakan untuk melakukan serangan terbesar dalam
sejarah AS modern. AS merespons serangan itu dengan menyerang
Afghanistan yang saat itu dikuasai Taliban sebagai balas dendam terhadap
pendiri Al-Qaeda, Osama bin Laden.
Dua tahun, yakni tahun 2003,
AS menyerbu Irak, dengan tuduhan bahwa pemerintah Saddam Hussein
memiliki hubungan dengan Al-Qaeda. Namun, tuduhan itu sulit dibuktikan.
Akibat
invasi AS ke Irak itu, kini kekacauan besar terjadi. Konflik sektarian
pecah sejak lengsernya rezim Saddam Hussein. Puncaknya, muncul kelompok
Islamic State atau ISIS yang belakangan diketahui mantan orang-orang
kepercayaan Saddam Hussein ikut berada di balik kelompok ISIS.
Credit Sindonews