Politikus CDU yang menentang menilai nilai Islam tak sesuai dengan nilai Partai.
CB,
REPUBLIKA.CO.ID, JERMAN -- Pernyataan Pemimpin kelompok parlemen dari
Uni Demokratik Kristen konservatif (CDU) telah memicu perdebatan. Ini
setelah ia mengatakan, seorang Muslim bisa menjadi pemimpin CDU dan
kanselir Jerman di masa depan.
Sebelumnya outlet media
Idea menanyakan
apakah seorang Muslim dapat memimpin partai dan menjadi kanselir pada
2030? Ralph Brinkhaus mengatakan, "Mengapa tidak, jika mereka adalah
politisi yang baik, dan mereka mewakili nilai-nilai dan pandangan
politik kita?" ujarnya seperti dilansir dari laman
dw.com, Jumat (8/3).
Brinkhaus mengatakan, bahwa nilai-nilai orang lebih penting
daripada agama ketika memutuskan kualitas kepemimpinan mereka. CDU, kata
ia, bukan komunitas keagamaan. Itulah yang membedakannya dari Gereja
Katolik.
Namun pernyataan itu ditolak oleh rekan
dari partai-partainya. Anggota dewan eksekutif CDU Elisabeth Motschmann
menolak pandangan Brinkhaus bahwa Islam sesuai dengan nilai-nilai
partai.
"Nilai-nilai Islam sangat berbeda dari
nilai-nilai kita - misalnya, ketika datang ke pertanyaan tentang
persamaan hak untuk pria dan wanita," katanya.
Politikus
CDU lainnya Gienger juga menampik bahwa seorang Muslim bisa menjadi
kanselir Jerman, terlepas dari afiliasi partai. "Memiliki kanselir
Muslim akan menyiratkan bahwa umat Islam akan menjadi mayoritas di
Jerman," katanya.
Tetapi beberapa anggota parlemen
CDU membela komentar Brinkhaus. Menteri pendidikan di negara bagian
utara Schleswig-Holstein Karin Prien mengatakan tidak melihat alasan
yang bagus mengapa menjadi seorang Kristen adalah kualifikasi yang
diperlukan untuk menjadi kepala partai atau kanselir.
Mitra koalisi kiri-tengah CDU, Partai Demokrat Sosial (SPD), menganggap seluruh perdebatan sebagai kebodohan.