Jumat, 29 Maret 2019

Rusia Sebut Pasukannya Berada di Venezuela Selama Diperlukan



Rusia Sebut Pasukannya Berada di Venezuela Selama Diperlukan
Rusia menyatakan pasukan akan berada di Venezuela selama diperlukan. Foto/Ilustrasi/Istimewa


MOSKOW - Rusia mengatakan pasukannya akan tetap di Venezuela selama diperlukan. Pernyataan ini sekaligus menolak permintaan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump agar Rusia menarik pasukannya dari negara yang dilanda krisis itu.

Rusia menempatkan pasukan dan peralatan militernya pada akhir pekan lalu untuk mendukung Presiden Nicolas Maduro telah meningkatkan ketegangan internasional yang sudah tinggi di Venezuela, di mana pemerintahan Trump mendorong perubahan rezim.

Penempatan pasukan dan peralatan Rusia pada akhir pekan lalu untuk mendukung Presiden Nicolas Maduro telah meningkatkan ketegangan internasional yang sudah tinggi atas Venezuela, di mana pemerintahan Trump mendorong perubahan rezim.

Kementerian Luar Negeri Rusia bersikeras bahwa kehadiran pasukannya di sana tidak menimbulkan ancaman bagi siapa pun.

"Mereka terlibat dalam implementasi perjanjian di bidang kerja sama militer dan teknis," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova, menambahkan mereka akan tetap di negara itu selama diperlukan.

"Rusia tidak mengubah keseimbangan kekuasaan di kawasan itu, Rusia tidak mengancam siapa pun tidak seperti warga di Washington yang baru saja saya kutip," katanya kepada wartawan seperti disitir dari Straits Times, Kamis (28/3/2019).

Zakharova merujuk pada komentar Trump bahwa Rusia harus keluar dari Venezuela serta pernyataan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo bahwa Washington tidak berencana untuk bernegosiasi dengan Maduro dan ingin mengakhiri pengaruh Rusia dan Kuba di Caracas.

Amerika Serikat dan lebih dari 50 negara lainnya mengakui pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido sebagai presiden sementara Venezuela. Sementara Rusia, bersama dengan China, mendukung Maduro. 


"Tidak satupun dari Rusia maupun Venezuela adalah provinsi dari Amerika Serikat," cetus Zakharova.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menuduh Washington berusaha mengatur kudeta di negara penghasil minyak itu.

Atase militer Venezuela di Moskow juga mengatakan pada hari Kamis bahwa pasukan Rusia berada di negara itu di bawah kesepakatan tentang kerja sama militer dan teknis serta tidak akan melakukan operasi militer.

Sebuah pesawat angkatan udara Rusia, Antonov-124, kargo, dan Ilyushin Il-62 yang lebih kecil mendarat di bandara utama di luar Caracas pada hari Sabtu dan menurunkan sekitar 100 tentara dan peralatan militer.

"Adapun kehadiran spesialis Rusia, kita berbicara tentang kerja sama, kerja sama militer dan teknis," kata atase militer Venezuela, Jose Rafael Torrealba Perez, seperti dikutip dalam komentar yang diterjemahkan oleh kantor berita negara Rusia RIA Novosti.

"Kami sama sekali tidak berbicara tentang kehadiran militer Rusia untuk melakukan operasi militer," tambahnya.

Menteri Pertahanan Venezuela Vladimir Padrino Lopez diperkirakan akan mengunjungi Moskow pada bulan April sebagai bagian dari kerja sama antara kedua negara, kata atase itu.

Pada hari Selasa, Zakharova menyatakan bahwa Rusia mengembangkan kerja sama dengan Venezuela sesuai dengan Konstitusi negara itu dan dengan menghormati norma-norma hukumnya.

"Kehadiran spesialis Rusia di wilayah Venezuela diatur oleh perjanjian antara pemerintah Rusia dan Venezuela tentang kerja sama militer dan teknis yang ditandatangani pada Mei 2001," katanya.

Pada 2011, Rusia memberi Venezuela pinjaman USD4 miliar untuk membeli persenjataan Rusia.


Credit  sindonews.com