WASHINGTON
- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo, mengatakan
bahwa pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un secara pribadi telah
menunjukkan sikap bahwa dia siap untuk denuklirisasi.
Pernyataan ini dilontarkan Pompeo hanya beberapa hari menjelang pertemuan puncak antara Kim Jong-un dan Presiden Donald Trump. Pertemuan tersebut dijadwalkan akan berlangsung pada 12 Juni di Singapura.
Pompeo, yang telah bertemu dengan Jong-un dua kali, mencatat bahwa Trump tidak akan menghadiri pertemuan untuk sebuah kesepakatan yang buruk. Ia juga mengatakan pemerintah akan berusaha untuk denuklirisasi menyeluruh, dapat diverifikasi dan tidak dapat diubah.
Sebelumnya, Trump mengatakan bahwa dia akan mengundang Jong-un ke Amerika Serikat jika pertemuan itu berhasil.
Jalan menuju pertemuan puncak pada minggu depan telah penuh gejolak. Karena topik ini pertama kali dibicarakan 8 Maret oleh para diplomat Korea Selatan (Korsel), Trump telah membatalkan pertemuan itu, kemudian mengumumkan bahwa pertemuan berjalan kembali. Korut juga mengancam akan membatalkan pertemuan tersebut.
"Di masa lalu, ada negosiasi negosiasi yang berbulan-bulan dan berbulan-bulan, dan mereka tidak mendapatkan apa-apa," kata Pompeo, mengacu pada negosiasi sebelumnya antara AS dan Korut seperti dikutip dari CNBC, Jumat (8/6/2018).
Sebaliknya, katanya, pertemuan ini harus besar dan berani.
Siegfried S. Hecker, seorang profesor di Stanford yang telah mengunjungi fasilitas nuklir Korut empat kali, berpendapat bahwa dibutuhkan waktu 15 tahun untuk mencapai perlucutan senjata yang menyeluruh.
"Korea Utara tidak akan menyerahkan senjata dan program persenjataannya sampai keamanannya dapat terjamin," tulisnya dalam presentasi yang pertama kali dilaporkan oleh The New York Times.
"Jaminan semacam itu tidak dapat dicapai hanya dengan janji Amerika atau kesepakatan di atas kertas, itu akan membutuhkan periode koeksistensi dan interdependensi yang besar," imbuhnya.
Pernyataan ini dilontarkan Pompeo hanya beberapa hari menjelang pertemuan puncak antara Kim Jong-un dan Presiden Donald Trump. Pertemuan tersebut dijadwalkan akan berlangsung pada 12 Juni di Singapura.
Pompeo, yang telah bertemu dengan Jong-un dua kali, mencatat bahwa Trump tidak akan menghadiri pertemuan untuk sebuah kesepakatan yang buruk. Ia juga mengatakan pemerintah akan berusaha untuk denuklirisasi menyeluruh, dapat diverifikasi dan tidak dapat diubah.
Sebelumnya, Trump mengatakan bahwa dia akan mengundang Jong-un ke Amerika Serikat jika pertemuan itu berhasil.
Jalan menuju pertemuan puncak pada minggu depan telah penuh gejolak. Karena topik ini pertama kali dibicarakan 8 Maret oleh para diplomat Korea Selatan (Korsel), Trump telah membatalkan pertemuan itu, kemudian mengumumkan bahwa pertemuan berjalan kembali. Korut juga mengancam akan membatalkan pertemuan tersebut.
"Di masa lalu, ada negosiasi negosiasi yang berbulan-bulan dan berbulan-bulan, dan mereka tidak mendapatkan apa-apa," kata Pompeo, mengacu pada negosiasi sebelumnya antara AS dan Korut seperti dikutip dari CNBC, Jumat (8/6/2018).
Sebaliknya, katanya, pertemuan ini harus besar dan berani.
Siegfried S. Hecker, seorang profesor di Stanford yang telah mengunjungi fasilitas nuklir Korut empat kali, berpendapat bahwa dibutuhkan waktu 15 tahun untuk mencapai perlucutan senjata yang menyeluruh.
"Korea Utara tidak akan menyerahkan senjata dan program persenjataannya sampai keamanannya dapat terjamin," tulisnya dalam presentasi yang pertama kali dilaporkan oleh The New York Times.
"Jaminan semacam itu tidak dapat dicapai hanya dengan janji Amerika atau kesepakatan di atas kertas, itu akan membutuhkan periode koeksistensi dan interdependensi yang besar," imbuhnya.
Credit sindonews.com