WASHINGTON
- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berkomitmen untuk mengubah
rezim di Iran. Trump kemungkinan besar akan merobek kesepakatan nuklir
sebelum ia mulai mendukung mendukung pengunjuk rasa untuk menggulingkan
pemimpin tertinggi Iran dari kekuasaan.
"Kami memiliki seorang presiden yang tangguh, yang tidak mendengarkan orang-orang yang tidak setuju, dan seorang presiden yang berkomitmen terhadap perubahan rezim seperti kami," ujar pengacara Trump, Rudi Giuliani seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (6/5/2018).
Giuliani pun membeberkan langkah yang akan diambil Trump untuk menggulingkan rezim Iran. Langkah pertama ia akan menolak kesepakatan nuklir 2015. Trump akan memberikan pernyataan penolakannya sebelum tenggat waktu yaitu 12 Mei.
Giuliani yakin koleganya itu merobek perjanjian nuklir, meskipun desakan sekutu Eropa untuk mempertahankan kesepakatan sangat kuat, dan apa yang disebut "perang" kabinet Trump akan membantunya melakukan pekerjaan itu.
"Dengan Menteri Luar Negeri Pompeo sekarang di tangan kanannya dan penasihat keamanan nasionalnya John Bolton di sisi kirinya, apa yang Anda pikir akan terjadi pada perjanjian nuklir itu?" tanya mantan Walikota New York itu
Giuliani juga mengatakan bahwa setelah kesepakatan itu hilang dan sanksi kembali berlaku, AS memiliki kesempatan nyata untuk meningkatkan aksi protes. Ini mengacu pada serangkaian protes publik di berbagai kota di seluruh Iran yang dimulai pada akhir Desember 2017 dan berlanjut ke awal 2018.
Gedung Putih belum mengomentari pernyataan Giuliani tersebut.
"Kami memiliki seorang presiden yang tangguh, yang tidak mendengarkan orang-orang yang tidak setuju, dan seorang presiden yang berkomitmen terhadap perubahan rezim seperti kami," ujar pengacara Trump, Rudi Giuliani seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (6/5/2018).
Giuliani pun membeberkan langkah yang akan diambil Trump untuk menggulingkan rezim Iran. Langkah pertama ia akan menolak kesepakatan nuklir 2015. Trump akan memberikan pernyataan penolakannya sebelum tenggat waktu yaitu 12 Mei.
Giuliani yakin koleganya itu merobek perjanjian nuklir, meskipun desakan sekutu Eropa untuk mempertahankan kesepakatan sangat kuat, dan apa yang disebut "perang" kabinet Trump akan membantunya melakukan pekerjaan itu.
"Dengan Menteri Luar Negeri Pompeo sekarang di tangan kanannya dan penasihat keamanan nasionalnya John Bolton di sisi kirinya, apa yang Anda pikir akan terjadi pada perjanjian nuklir itu?" tanya mantan Walikota New York itu
Giuliani juga mengatakan bahwa setelah kesepakatan itu hilang dan sanksi kembali berlaku, AS memiliki kesempatan nyata untuk meningkatkan aksi protes. Ini mengacu pada serangkaian protes publik di berbagai kota di seluruh Iran yang dimulai pada akhir Desember 2017 dan berlanjut ke awal 2018.
Gedung Putih belum mengomentari pernyataan Giuliani tersebut.
Credit sindonews.com