Distribusi air bersih bantuan rakyat Indonesia
untuk warga Gaza Palestina (Water for Gaza), di wilayah Um Naser, Gaza
Utara, Palestina, Senin (31/8). (foto : dok. Daqu Gaza)
Warga Gaza mengalami kekurangan pasokan obat dan tenaga medis
CB,
KOTA GAZA -- Kondisi kesehatan di Jalur Gaza, yang dikuasai Hamas,
berada di ambang keambrukan di tengah kekurangan parah obat dan pasokan
medis.
Wakil Menteri Kesehatan di Jalur Gaza, Yousef Abu
Ar-Reesh, mengatakan dalam satu taklimat di Rumah Sakit Shiffa di Kota
Gaza bahwa Kementerian tersebut melewai satu tahap yang paling buruk
akibat krisis yang bertambah parah di sektor kesehatan.
Abu Ar-Reesh menyatakan persentase defisit obat-obatan
mencapai 50 persen. Ia menambahkan ada kekurangan 27 persen obat yang
bisa dikonsumsi, dan 58 persen bahan laboratorium serta bank darah.
Dilaporkan
Xinhua,
Kamis (4/5), situasi bertambah parah oleh terus menipisnya obat darurat
akibat bentrokan Palestina-Israel selama beberapa pekan belakangan di
sepanjang perbatasan Israel dan Jalur Gaza.
Abu Ar-Reesh
mengatakan kekurangan pasokan mempengaruhi semua kategori pasien di
daerah kantung Palestina itu. Ia menyeru donor dunia agar mendukung
Kementerian Kesehatan dan mencegah ambruknya sektor kesehatan.
Abu
Ar-Reesh juga menyeru organisasi hak asasi manusia Palestina dan
internasional agar memikul tanggung-jawab mereka dengan menunjukkan
pelanggaran nyat Israel atas hak asasi pasien untuk membatasi akses
mereka ke perawatan medis.
Tempat penyeberangan Jalur Gaza
dengan Israel telah terpengaruh oleh bentrokan di dekat pagar
perbatasan, yang telah ditutup sejak 30 Januari. Kementerian Kesehatan
itu mengatakan 44 orang Palestina, kebanyakan dari mereka menderita luka
tembak, telah tewas dan lebih dari 6.000 orang lagi cedera dalam
bentrokan dalam bentrokan sejak 30 Maret.
Pemrotes
Palestina dijadwalkan mencapai puncaknya pada 15 Mei, sehari setelah
peringatan ke-70 berdirinya Israel, yang diperingati oleh rakyat
Palestina sebagai Hari Nakba, atau Hari Bencana.
Credit
republika.co.id