Jumat, 04 Mei 2018

Kondisi Kesehatan Warga Gaza Semakin Memburuk


Distribusi air bersih bantuan rakyat Indonesia untuk warga Gaza Palestina (Water for Gaza), di wilayah Um Naser, Gaza Utara, Palestina, Senin (31/8).   (foto : dok. Daqu Gaza)
Distribusi air bersih bantuan rakyat Indonesia untuk warga Gaza Palestina (Water for Gaza), di wilayah Um Naser, Gaza Utara, Palestina, Senin (31/8). (foto : dok. Daqu Gaza)


Warga Gaza mengalami kekurangan pasokan obat dan tenaga medis




CB, KOTA GAZA -- Kondisi kesehatan di Jalur Gaza, yang dikuasai Hamas, berada di ambang keambrukan di tengah kekurangan parah obat dan pasokan medis.
Wakil Menteri Kesehatan di Jalur Gaza, Yousef Abu Ar-Reesh, mengatakan dalam satu taklimat di Rumah Sakit Shiffa di Kota Gaza bahwa Kementerian tersebut melewai satu tahap yang paling buruk akibat krisis yang bertambah parah di sektor kesehatan.

Abu Ar-Reesh menyatakan persentase defisit obat-obatan mencapai 50 persen. Ia menambahkan ada kekurangan 27 persen obat yang bisa dikonsumsi, dan 58 persen bahan laboratorium serta bank darah.





Dilaporkan Xinhua, Kamis (4/5), situasi bertambah parah oleh terus menipisnya obat darurat akibat bentrokan Palestina-Israel selama beberapa pekan belakangan di sepanjang perbatasan Israel dan Jalur Gaza.

Abu Ar-Reesh mengatakan kekurangan pasokan mempengaruhi semua kategori pasien di daerah kantung Palestina itu. Ia menyeru donor dunia agar mendukung Kementerian Kesehatan dan mencegah ambruknya sektor kesehatan.

Abu Ar-Reesh juga menyeru organisasi hak asasi manusia Palestina dan internasional agar memikul tanggung-jawab mereka dengan menunjukkan pelanggaran nyat Israel atas hak asasi pasien untuk membatasi akses mereka ke perawatan medis.

Tempat penyeberangan Jalur Gaza dengan Israel telah terpengaruh oleh bentrokan di dekat pagar perbatasan, yang telah ditutup sejak 30 Januari. Kementerian Kesehatan itu mengatakan 44 orang Palestina, kebanyakan dari mereka menderita luka tembak, telah tewas dan lebih dari 6.000 orang lagi cedera dalam bentrokan dalam bentrokan sejak 30 Maret.

Pemrotes Palestina dijadwalkan mencapai puncaknya pada 15 Mei, sehari setelah peringatan ke-70 berdirinya Israel, yang diperingati oleh rakyat Palestina sebagai Hari Nakba, atau Hari Bencana.






Credit  republika.co.id