Jumat, 18 Mei 2018

Gina Haspel Jadi Wanita Pertama Jabat Direktur CIA


Gina Haspel Jadi Wanita Pertama Jabat Direktur CIA
Dalam pemungutan suara Kamis (17/5), Senat AS setuju Gina Haspel yang diusulkan Presiden Trump menjadi wanita pertama menjabat Direktur CIA. (Foto: CIA/Handout via Reuters)


Jakarta, CB -- Senat AS mengonfirmasi Gina Haspel pada hari Kamis (17/5) menjadi direktur CIA. Kabar ini sekaligus mengakhiri kontroversi akan sosok Haspel yang menjadi usulan Presiden Trump dalam pencalonannya beberapa waktu lalu.

Dikutip dari Reuters, Haspel (61) yang menjadi wanita pertama memimpin CIA, adalah seorang veteran dengan pengalaman 33 tahun di agen intelijen AS.

Penghitungan keterpilihannya adalah 54-45 yang mendukung pencalonannya dari 100-anggota, di mana ia mendapat suara terbanyak.





Enam dari Partai Demokrat bergabung dengan jajaran pendukung dari partai Republik dan Presiden Donald Trump dalam voting untuk Haspel.  Hanya dua orang dari Partai Republik yang tak memilihnya.

Haspel disetujui meski ada tentangan keras atas hubungannya dengan metode interogasi penyiksaan, termasuk waterboarding, sejenis simulasi penyiksaan dengan cara menenggelamkan pada tahun-tahun setelah serangan 11 September.

Bergabung di CIA sejak 1985, Haspel pada tahun 2002 pernah menjabat sebagai kepala CIA di Thailand, di mana ia melakukan interogasi di penjara rahasia menggunakan metode penyiksaan waterboarding. Tiga tahun kemudian, ditengarai dia sebagai sosok yang memerintahkan penghancuran rekaman video dari interogasi tersebut.
Senator Republik John McCain, yang sempat meninggalkan aktivitasnya sejak tahun lalu karena sakit kanker otak, mendesak Senat untuk tidak memilih Haspel. Dia tak hadir, dan tidak memilih pada hari pemungutan suara yang berlangsung Kamis (17/5).

Mengalami penyiksaan saat menjadi tawanan perang di Vietnam, McCain mengatakan menyetujui Haspel akan mengirim pesan yang salah, dan negara seharusnya hanya menggunakan metode untuk menjaga situasinya tetap aman.




Sementara, Haspel mendapat dukungan kuat dari pemerintahan Trump, mayoritas pejabat intelijen saat ini, dan mantan anggota parlemen, termasuk Demokrat.

Senator Mark Warner, senator dari Demokrat di Komite Intelijen yang mengawasi pencalonan, mendukung Haspel.

"Saya percaya dia adalah seseorang yang bisa dan akan berani menghadapi presiden, yang akan mengatakan kebenaran kepada penguasa jika presiden memerintahkannya melakukan sesuatu yang 'ilegal' atau 'tidak bermoral'," katanya dalam pidato Senat sebelum pemungutan suara.

Kelompok-kelompok pembela hak asasi manusia dengan cepat mengecam pemungutan suara. Laura Pitter dari Human Rights Watch menyebutnya "produk sampingan yang dapat diprediksi dan disalahpahami dari kegagalan AS untuk mengatasi pelanggaran masa lalu."

Trump menominasikan Haspel, pada bulan Maret untuk menggantikan Mike Pompeo sebagai direktur CIA.



Credit  cnnindonesia.com